PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF AL-QUR’AN DAN AS-SUNNAH

A. PENDAHULUAN
Dalam firman-Nya QS. Az-Zumar ayat 9 Allah menyatakan:
قُلْ هَلْ يَسْتَوِي الَّذِينَ يَعْلَمُونَ وَالَّذِينَ لا يَعْلَمُونَ إِنَّمَا يَتَذَكَّرُ أُولُواْ الألْبَابِ
“Katakanlah, “apakah sama antara orang-orang yang mengetahui dan orang-orang yang tidak mengetahui?.” Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran.” (QS. Az-Zumar:9)
Ayat di atas menunjukkan bahwa kedudukan orang yang mengetahui (berilmu) tidaklah sama dengan orang yang tidak mengetahui (tidak berilmu). Maksudnya ialah Allah lebih menyukai orang-orang yang berilmu daripada orang yang tidak berilmu. Dan ini berarti kita hendaknya memperhatikan pendidikan jika ingin mendapatkan keridhoan dan keutamaan dari Allah. Hal ini karena pendidikanlah yang menjadikan manusia menjadi mengetahui/berilmu.
Maka tulisan ini disusun guna mengurai sedikit tentang keutamaan pendidikan yang merupakan kunci tercapainya ilmu serta transformasi ilmu dari seseorang kepada orang lain. Keutamaan pendidikan disini akan dirujuk kepada al-Qur’an dan as-sunnah yang merupakan dasar pendidikan Islam.

B. PEMBAHASAN
1. HAKIKAT PENDIDIKAN
Membahas pendidikan maka sangatlah patut jika kita terlebih dahulu mengetahui hakikat pendidikan. Secara bahasa pendidikan berasal dari kata didik, mendidik yang dalam bahasa Indonesia diartikan sebagai memelihara dan memberi latihan dan (ajaran, tuntunan, pimpinan) mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran. Kata “didik” masih berhubungan dengan kata “didaskein”, “didasko” yang berasal dari bahasa Yunani dengan pengertian “pengajaran, yakni perbuatan atau aktivitas yang menyebabkan timbulnya kegiatan dan kecakapan baru pada orang lain.”
Sedangkan menurut peristilahan, pendidikan dapat diartikan dalam tiga perspektif.
1. Pendidikan adalah keseluruhan hidup manusia.
2. Pendidikan adalah pengalaman-pengalaman belajar terprogram dalam bentuk pendidikan formal, non formal, dan informal di sekolah dan luar sekolah yang berlangsung seumur hidup yang bertujuan optimalisasi perkembangan kemampuan-kemampuan individu, agar di kemudian hari dapat memainkan peranan hidup secara tepat.
3. Pendidikan adalah pengajaran yang diselenggarakan di sekolah sebagai lembaga pendidikan formal.
Ketiga pengertian pendidikan di atas, dalam realitanya tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lainnya. Karena pada intinya pendidikan ialah proses pengajaran ilmu pengetahuan kepada manusia baik diselenggarakan secara formal maupun non-formal.

2. KEUTAMAAN PENDIDIKAN MENURUT AL-QUR’AN DAN AS-SUNNAH
Seperti kita tahu bahwa pendidikan dalam perspektif apapun merupakan proses manusia menerima maupun mengajarkan ilmu pengetahuan. Maka pembahsan pendidikan juga tidak terlepas dengan pembahasan ilmu. Jika dalam perspektif pertama, pendidikan merupakan keseluruhan hidup manusia maka manusia menerima ilmu dari lingkungannya atau kehidupan yang sedang ia jalani sendiri. Kemudian pada perspektif kedua dan ketiga, pendidikan lebih tersistem baik formal maupun informal. Namun tetap saja, pendidikan merupakan proses manusia menuntut ilmu.
Maka pendidikan menjadi sejalan dengan ilmu. Jika ilmu itu wajib bagi manusia maka demikian juga pendidikan juga wajib bagi mereka. Berikut ini merupakan keutamaan pendidikan yang disebutkan dalam al-Qur’an yang dicontohkan oleh Allah dan Rosul-Nya:
 PENDIDIKAN ALLAH DAN ROSUL-NYA KEPADA MANUSIA
A) PEMILIK SEGALA ILMU IALAH ALLAH TA’ALA
Allah Ta’ala berfirman:
“Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia Yang Hidup kekal lagi terus menerus mengurus (makhluk-Nya); tidak mengantuk dan tidak tidur. Kepunyaan-Nya apa yang di langit dan di bumi. Tiada yang dapat memberi syafaat di sisi Allah tanpa izin-Nya. Allah mengetahui apa-apa yang di hadapan mereka dan di belakang mereka, dan mereka tidak mengetahui apa-apa dari ilmu Allah melainkan apa yang dikehendaki-Nya. Kursi Allah meliputi langit dan bumi. Dan Allah tidak merasa berat memelihara keduanya, dan Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar.(QS. Al-Baqarah:255)
Ayat ini menerangkan bahwa pemilik segala ilmu ialah Allah SWT, baik yang nampak maupun yang tidak nampak. Sedangkan manusia hanya sedikit ilmunya. Ilmu yang dimiliki oleh manusia ialah sebatas yang Allah kehendaki untuk diberikan kepada mereka. Begitu pula firman Allah Ta’ala pada qur’an surat Thaaha ayat 110:
“Dia mengetahui apa yang ada di hadapan mereka dan apa yang ada di belakang mereka, sedang ilmu mereka tidak dapat meliputi ilmu-Nya.”
B) PENDIDIKAN PERTAMA KALI ADALAH DARI ALLAH TA’ALA
Allah Ta’ala berfirman:
“Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada para Malaikat lalu berfirman: "Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu memang orang-orang yang benar!" (QS. Al Baqarah:31)
Ayat ini menjelaskan tentang pengajaran yang diberikan oleh Allah Ta’ala kepada Nabi Adam AS. Artinya pendidikan telah dicontohkan oleh Allah Ta’ala sejak pertama kali diciptakannya manusia. Maka ayat ini menunjukkan setidaknya pertama, bahwa manusia diciptakan dalam keadaan tidak mengetahui apapun (tidak berilmu). Kemudian Allah mengajarkan kepada Adam AS tentang nama-nama benda seluruhnya. Sehingga pendidikan merupakan proses yang wajib ada dalam kehidupan manusia.
Kedua, bahwa pendidikan pertama kali dilakukan oleh Allah Ta’ala kepada manusia karena Allah lah yang Maha Mengetahui tentang segala sesuatu.
C) PENDIDIKAN ADALAH PROSES TERCAPAINYA ILMU PENGETAHUAN.
Allah Ta’ala berfirman:
وَعَلَّمَ آَدَمَ الْأَسْمَاءَ كُلَّهَا ثُمَّ عَرَضَهُمْ عَلَى الْمَلَائِكَةِ فَقَالَ أَنْبِئُونِي بِأَسْمَاءِ هَؤُلَاءِ إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ (31)
“Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya, Kemudian mengemukakannya kepada para malaikat lalu berfirman: "Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu mamang benar orang-orang yang benar!"
Ayat ini menerangkan bahwa Allah Ta’ala mengajarkan pengetahuan tentang benda-benda seluruhnya kepada Adam AS. Maka pengajaran yang dilakukan oleh Allah kepada Adam AS ini agar Adam AS mengetahui nama-nama benda tersebut. Artinya untuk pengetahuan Adam AS sebagai manusia yang menjalani kehidupan dan mendapat amanah sebagai khalifah di bumi. Allah Ta’ala juga berfirman:
رَبَّنَا وَابْعَثْ فِيهِمْ رَسُولًا مِنْهُمْ يَتْلُو عَلَيْهِمْ آَيَاتِكَ وَيُعَلِّمُهُمُ الْكِتَابَ وَالْحِكْمَةَ وَيُزَكِّيهِمْ إِنَّكَ أَنْتَ الْعَزِيزُ الْحَكِيم
“Ya Tuhan kami, utuslah untuk mereka sesorang Rasul dari kalangan mereka, yang akan membacakan kepada mereka ayat-ayat Engkau, dan mengajarkan kepada mereka Al Kitab (Al Quran) dan Al-Hikmah (As-Sunnah) serta mensucikan mereka. Sesungguhnya Engkaulah yang Maha Kuasa lagi Maha Bijaksana.” (QS. Al-Baqarah:129)
D) PENDIDIKAN MERUPAKAN NIKMAT DARI ALLAH TA’ALA.
Allah Ta’ala berfirman:
لَقَدْ مَنَّ اللَّهُ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ إِذْ بَعَثَ فِيهِمْ رَسُولًا مِنْ أَنْفُسِهِمْ يَتْلُو عَلَيْهِمْ آَيَاتِهِ وَيُزَكِّيهِمْ وَيُعَلِّمُهُمُ الْكِتَابَ وَالْحِكْمَةَ وَإِنْ كَانُوا مِنْ قَبْلُ لَفِي ضَلَالٍ مُبِينٍ (164)
“Sungguh Allah Telah memberi karunia kepada orang-orang yang beriman ketika Allah mengutus diantara mereka seorang Rasul dari golongan mereka sendiri, yang membacakan kepada mereka ayat-ayat Allah, membersihkan (jiwa) mereka, dan mengajarkan kepada mereka Al Kitab dan Al hikmah. dan Sesungguhnya sebelum (kedatangan Nabi) itu, mereka adalah benar-benar dalam kesesatan yang nyata.” (QS. Al-Baqarah:164)
كَمَا أَرْسَلْنَا فِيكُمْ رَسُولًا مِنْكُمْ يَتْلُو عَلَيْكُمْ آَيَاتِنَا وَيُزَكِّيكُمْ وَيُعَلِّمُكُمُ الْكِتَابَ وَالْحِكْمَةَ وَيُعَلِّمُكُمْ مَا لَمْ تَكُونُوا تَعْلَمُونَ (151)
“Sebagaimana (Kami telah menyempurnakan nikmat Kami kepadamu) Kami telah mengutus kepadamu Rasul di antara kamu yang membacakan ayat-ayat Kami kepada kamu dan menyucikan kamu dan mengajarkan kepadamu Al Kitab dan Al-Hikmah (As Sunnah), serta mengajarkan kepada kamu apa yang belum kamu ketahui.” (QS. Al-Baqarah:151)
Pada ayat di atas Allah menerangkan bahwa diutusnya Rosul kepada hamba-hamba-Nya ialah sebagai karunia karena Rosul-Rosul-Nya datang dengan membacakan ayat-ayat-Nya serta mensucikan mereka dan mengajarkan kepada mereka al-Kitab dan al-Hikmah, dengan kata lain memberi pengajaran tentang al-Kitab dan al-Hikmah (as-Sunnah).
E) AGAR MANUSIA MEMAHAMI APA YANG DITURUNKAN OLEH ALLAH
Allah Ta’ala berfirman:
قُلْ تَعَالَوْا أَتْلُ مَا حَرَّمَ رَبُّكُمْ عَلَيْكُمْ أَلَّا تُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا وَلَا تَقْتُلُوا أَوْلَادَكُمْ مِنْ إِمْلَاقٍ نَحْنُ نَرْزُقُكُمْ وَإِيَّاهُمْ وَلَا تَقْرَبُوا الْفَوَاحِشَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ وَلَا تَقْتُلُوا النَّفْسَ الَّتِي حَرَّمَ اللَّهُ إِلَّا بِالْحَقِّ ذَلِكُمْ وَصَّاكُمْ بِهِ لَعَلَّكُمْ تَعْقِلُونَ (151)
“Katakanlah: "Marilah kubacakan apa yang diharamkan atas kamu oleh Tuhanmu, yaitu: janganlah kamu mempersekutukan sesuatu dengan Dia, berbuat baiklah terhadap kedua orang ibu bapak, dan janganlah kamu membunuh anak-anak kamu karena takut kemiskinan. Kami akan memberi rezeki kepadamu dan kepada mereka; dan janganlah kamu mendekati perbuatan-perbuatan yang keji, baik yang nampak di antaranya maupun yang tersembunyi, dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya) melainkan dengan sesuatu (sebab) yang benar". Demikian itu yang diperintahkan oleh Tuhanmu kepadamu supaya kamu memahami (nya).” (QS. Al-An’am:151)
F) AGAR MANUSIA TIDAK RAGU-RAGU
Allah Ta’ala berfirman:
فَإِنْ كُنْتَ فِي شَكٍّ مِمَّا أَنْزَلْنَا إِلَيْكَ فَاسْأَلِ الَّذِينَ يَقْرَءُونَ الْكِتَابَ مِنْ قَبْلِكَ لَقَدْ جَاءَكَ الْحَقُّ مِنْ رَبِّكَ فَلَا تَكُونَنَّ مِنَ الْمُمْتَرِينَ (94)
“ Maka jika kamu (Muhammad) berada dalam keragu-raguan tentang apa yang kami turunkan kepadamu, Maka tanyakanlah kepada orang-orang yang membaca Kitab sebelum kamu. Sesungguhnya Telah datang kebenaran kepadamu dari Tuhanmu, sebab itu janganlah sekali-kali kamu temasuk orang-orang yang ragu-ragu.” (QS. Yunus:94)
G) MENGELUARKAN MANUSIA DARI KESESATAN
هُوَ الَّذِي بَعَثَ فِي الْأُمِّيِّينَ رَسُولًا مِنْهُمْ يَتْلُو عَلَيْهِمْ آَيَاتِهِ وَيُزَكِّيهِمْ وَيُعَلِّمُهُمُ الْكِتَابَ وَالْحِكْمَةَ وَإِنْ كَانُوا مِنْ قَبْلُ لَفِي ضَلَالٍ مُبِينٍ
“Dia-lah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang Rasul di antara mereka, yang membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, menyucikan mereka dan mengajarkan kepada mereka Kitab dan Hikmah (As sunnah). Dan sesungguhnya mereka sebelumnya benar-benar dalam kesesatan yang nyata,” (QS. Al-Jumu’ah:2)
H) AGAR MANUSIA BISA MEMPERTANGGUNGJAWABKAN AMALNYA DI AKHIRAT
Allah berfirman dalam QS. Al Isra’ ayat 36:
وَلَا تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ إِنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ كُلُّ أُولَئِكَ كَانَ عَنْهُ مَسْئُول
“Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya.” (QS. Al-Israa’:36)
Ayat di atas menunjukkan bahwa kita sebagai manusia dilarang oleh Allah untuk mengikuti sesuatu yang kita tidak mengetahuinya, atau dengan kata lain kita tidak memiliki ilmu tentangnya. Maka kita wajib memiliki ilmu terhadap segala sesuatu yang kita ikuti baik sesuatu yang kita ikuti itu adalah agama, keyakinan/ideologi, pendapat, dan sebagainya. Hal ini karena kita adalah makhluk yang dimintai pertanggungjawaban di akhirat nantinya. Maka tidak salah jika pendidikan itu wajib sebagai jembatan manusia meraih ilmu, meninggalkan ketidaktahuan terhadap sesuatu agar apa yang dilakukan oleh manusia dapat dipertanggungjawabkan berdasarkan ilmunya.

3. KEUTAMAAN ILMU MENURUT AL-QUR’AN DAN AS-SUNNAH
Ilmu sebagai buah dari pendidikan memiliki keutamaan yang sangat besar di sisi Allah dan Rosul-Nya. Hal ini bisa kita saksikan pada ayat-ayat Allah dan sabda Nabi-Nya. Seperti ayat yang dikemukakan di atas, bahwa Allah melarang orang yang hanya ikut-ikutan tanpa ilmu terhadap sesuatu, maka ini berarti Allah mengutamakan ilmu.
“Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya.” (QS. Al-Israa’:36)
Dalam ayat lain Allah juga menyinggung tentang keutamaan orang yang berilmu. Firman-Nya:
“Tetapi orang-orang yang mendalam ilmunya di antara mereka dan orang-orang mukmin, mereka beriman kepada apa yang telah diturunkan kepadamu (Al Qur'an), dan apa yang telah diturunkan sebelummu dan orang-orang yang mendirikan shalat, menunaikan zakat, dan yang beriman kepada Allah dan hari kemudian. Orang-orang itulah yang akan Kami berikan kepada mereka pahala yang besar.” (QS. An-Nisa’:162)
Ayat ini menyatakan bahwa orang yang mendalam ilmunya kemudian beriman, beriman kepada wahyu-Nya, mendirikan sholat, menunaikan zakat, beriman kepada Allah dan hari kiamat, maka mereka akan mendapatkan pahala yang besar. Ini menjadi bukti bahwa mendalami ilmu diutamakan oleh Allah sejajar dengan pengutamaan Allah terhadap keimanan dan amal sholih hamba-Nya. Dan ayat ini juga menunjukkan bahwa berilmu saja tidak cukup, akan tetapi seorang hamba harus beriman dan beramal sholih agar mendapat pahala yang besar. Karena ilmu itu tidak sekadar dipelajari dan diterima akan tetapi harus diamalkan.
Allah Ta’ala juga berfirman:
“Katakanlah: "Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?" Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran.” (QS. Az-zumar:9)
“Niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al-Mujadilah:11)
Ini menunjukkan betapa besarnya keutamaan ilmu sehingga orang yang diberi ilmu diberi ketinggian derajat di sisi Allah beberapa derajat. Dan ketinggian yang dimaksud di sini mencakup kedudukan di dunia maupun di akhirat. Dimana ketinggian dunia mencakup ketinggian maknawiyyah di dunia dengan tingginya kedudukan dan bagusnya suara (artinya dibicarakan orang dengan kebaikan) dan mencakup pula ketinggian hissiyah (yang dirasakan oleh tubuh dan panca indera). Sedangkan di akhirat mencakup ketinggian kedudukan di jannah. (Fathul Baarii 1/141)
Allah Ta’ala juga memerintahkan kepada kita untuk minta tambahan ilmu kepada-Nya:
“Maka Maha Tinggi Allah Raja Yang sebenar-benarnya, dan janganlah kamu tergesa-gesa membaca Al Qur'an sebelum disempurnakan mewahyukannya kepadamu, dan katakanlah: "Ya Tuhanku, tambahkanlah kepadaku ilmu pengetahuan." (QS. Thaaha:114)
Allah Ta’ala memerintahkan Nabi-Nya untuk meminta tambahan ilmu yakni ilmu syar’i yang menjadikan seorang hamba mengenal Rabbnya Subhanah dan mengetahui apa-apa yang diwajibkan atas seorang mukallaf dari perkara agamanya dalam ibadah dan muamalahnya.(Faatul Baarii 1/141)
Dalam al-Qur’an maupun as-sunnah, Allah dan Rosul-Nya menyebut pendidikan sebagai proses menuntut ilmu. Ayat-ayat dalam al-Qur’an yang berhubungan dengan keutamaan ilmu sangatlah banyak. Dalam hadits juga banyak disebutkan tentang keutamaan ilmu. Bahkan terdapat ratusan hadits dalam Shohihul Bukhori tentang keutamaan ilmu, mempelajari ilmu, mengajarkan ilmu, serta kedudukan ulama dan bagaimana akhlak yang seharusnya bagi mereka yang berkutat dalam dunia ilmu. Imam Bukhori juga menyendirikan pembahasan tentang ilmu dalam sebuah kitab yakni kitabul ilmi (kitab tentang ilmu) setelah kitab iman. Berikut ini ialah hadits-hadits yang mengatakan tentang keutamaan ilmu:
“Barang siapa menempuh suatu jalan yang padanya dia mencari ilmu, maka Allah akan mudahkan dia menempuh jalan dari jalan-jalan (menuju) jannah, dan sesungguhnya para malaikat benar-benar akan meletakkan sayap-sayapnya untuk penuntut ilmu, dan sesungguhnya seorang penuntut ilmu akan dimintakan ampun untuknya oleh makhluk-makhluk Allah yang di langit dan yang di bumi, sampai ikan yang ada di tengah lautan pun memintakan ampun untuknya. Dan sesungguhnya keutamaan seorang yang berilmu atas seorang yang ahli ibadah adalah seperti keutamaan bulan pada malam purnama atas seluruh bintang. Dan sesungguhnya ulama adalah pewaris para Nabi, dan para Nabi tidaklah mewariskan dinar ataupun dirham, akan tetapi mereka hanyalah mewariskan ilmu. Maka barang siapa yang mengambilnya maka sungguh dia telah mengambil bagian yang sangat banyak.” (HR. Abu Dawud no.3641, At-Tirmidziy no.2683, dan isnadnya hasan, lihat Jaami’ul Ushuul 8/6)
Hadits ini sudah sangat jelas menerangkan tentang keutamaan mencari ilmu. Maka sesungguhnya mencari ilmu ini merupakan bagian dari proses pendidikan. Allah Ta’ala bahkan menyediakan surga bagi para penuntut ilmu serta mengampuni dosa-dosanya. Bahkan Rosulullah Shollallahu ‘alaihi wasallam membuat perumpamaan orang yang berilmu dengan orang yang tidak berilmu sangatlah berbeda yakni antara bulan pada saat purnama dengan bintang-bintang yang ada di sekitarnya.
C. PENUTUP
Dari pemaparan di atas jelaslah bahwa pendidikan merupakan bagian yang tidak bisa dipisahkan dari kehidupan manusia, bahkan sejak pertama kali manusia diciptakan pendidikan sudah dilakukan oleh Allah kepada manusia. Allah mengajarkan nama-nama benda seluruhnya kepada manusia, inilah proses pendidikan pertama kali dalam sejarah kehidupan manusia. Hal ini karena manusia diciptakan dalam keadaan tidak berbekal ilmu sama sekali.
Maka pendidikan sangat penting dilaksanakan pada manusia sebagaimana yang dicontohkan oleh Allah dan Rosul-Nya dengan melihat berbagai manfaat dari pendidikan dan keutamaan ilmu dalam pandangan oleh Allah Ta’ala.




Sumber-sumber:
1) Al-Qur’anul karim (maktabah syamilah)
2) Al hadits (maktabah syamilah)
3) Internet

(DITULIS SEBAGAI TUGAS MATA KULIAH FILSAFAT PENDIDIKAN , DOSEN PENGAMPU: USTADZ YUSUF A. HASAN)
by : AIN NURWS, PUTM PP MUHAMMADIYAH

1 Komentar

Posting Komentar