Kamis, 31 Mei 2012

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِنْ جَاءَكُمْ فَاسِقٌ بِنَبَإٍ فَتَبَيَّنُوا أَنْ تُصِيبُوا قَوْمًا بِجَهَالَةٍ فَتُصْبِحُوا عَلَى مَا فَعَلْتُمْ نَادِمِينَ (6) وَاعْلَمُوا أَنَّ فِيكُمْ رَسُولَ اللَّهِ لَوْ يُطِيعُكُمْ فِي كَثِيرٍ مِنَ الْأَمْرِ لَعَنِتُّمْ وَلَكِنَّ اللَّهَ حَبَّبَ إِلَيْكُمُ الْإِيمَانَ وَزَيَّنَهُ فِي قُلُوبِكُمْ وَكَرَّهَ إِلَيْكُمُ الْكُفْرَ وَالْفُسُوقَ وَالْعِصْيَانَ أُولَئِكَ هُمُ الرَّاشِدُونَ (7) فَضْلًا مِنَ اللَّهِ وَنِعْمَةً وَاللَّهُ عَلِيمٌ حَكِيمٌ (8) وَإِنْ طَائِفَتَانِ مِنَ الْمُؤْمِنِينَ اقْتَتَلُوا فَأَصْلِحُوا بَيْنَهُمَا فَإِنْ بَغَتْ إِحْدَاهُمَا عَلَى الْأُخْرَى فَقَاتِلُوا الَّتِي تَبْغِي حَتَّى تَفِيءَ إِلَى أَمْرِ اللَّهِ فَإِنْ فَاءَتْ فَأَصْلِحُوا بَيْنَهُمَا بِالْعَدْلِ وَأَقْسِطُوا إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُقْسِطِينَ (9) إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ إِخْوَةٌ فَأَصْلِحُوا بَيْنَ أَخَوَيْكُمْ وَاتَّقُوا اللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ (10)


Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu. Dan ketahuilah olehmu bahwa di kalanganmu ada Rasulullah. Kalau ia menuruti kemauanmu dalam beberapa urusan benar-benarlah kamu mendapat kesusahan, tetapi Allah menjadikan kamu 'cinta' kepada keimanan dan menjadikan keimanan itu indah di dalam hatimu serta menjadikan kamu benci kepada kekafiran, kefasikan, dan kedurhakaan. Mereka itulah orang-orang yang mengikuti jalan yang lurus, sebagai karunia dan nikmat dari Allah. Dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana. Dan kalau ada dua golongan dari mereka yang beriman itu berperang hendaklah kamu damaikan antara keduanya! Tapi kalau yang satu melanggar perjanjian terhadap yang lain, hendaklah yang melanggar perjanjian itu kamu perangi sampai surut kembali pada perintah Allah. Kalau dia telah surut, damaikanlah antara keduanya menurut keadilan, dan hendaklah kamu berlaku adil; sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang berlaku adil. Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara. Sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat..


Allah Tabaroka wa Ta’ala berfirman yang makanya: Wahai orang-orang yang beriman, orang yang memiliki sifat keimanan, membenarkan kitab Allah, mengimani Rasul-Nya, mengetahui dengan yakin bahwa apa yang dibawa oleh Rasulullah kepada kamu adalah benar dari sisi Allah, janganlah kamu mendengar setiap berita, jangan pula kamu membenarkan setiap orang, tapi kamu selidiki dulu, dan kamu klarifikasi urusan tersebut, sebelum kalian menimpakan musibah kepada saudara-saudara kalian yang beriman disebabkan berita yang belum diselidiki kebenarannya (validitasnya), dan disebabkan ucapan yang belum kamu pastikan kebenarannya, sehingga menyebabkan kamu menyesal, apa yang luput dari kamu, tetapi pada saat itu penyesalan sudah tidak lagi berguna (karena sudah terlanjur).

Dan ketahuilah, wahai orang-orang mukmin, di tengah-tengah kalian ada seorang tuan yang terhormat, nabi yang diagungkan, yaitu Muhammad SAW, orang yang makshum, terjaga, tidak berbicara dari hawa nafsunya, dimana Allah telah memberitahukan hal-hal yang tersembunyi kepadanya. Maka janganlah kamu berupaya agar beliau condong kepada pendapatmu. Sebab jika beliau memenuhi permintaan kamu agar condong kepadamu dan mentaati apa yang kamu isyaratkan kepadanya, kamu justru akan terjatuh pada kesulitan dan kebinasaan. Tetapi Allah dengan nikmat dan karunia-Nya, menjaganya dan menjaga kalian dan menyinari pandangan hari para pengikut beliau yang beriman, dan Allah membuat mereka mencintai keimanan dan Allah membuat mereka membenci kekufuran, kefasikan, dan kekufuran. Dan Allah menunjukkan kepada mereka jalan kebaikan dan kebahagiaan.

Akibat mendengar berita bohong
Kemudian Allah menyebutkan akibat mendengar semisal berita-berita yang dipalsukan (akan muncul) berupa pertengkaran, saling membenci, bahkan sampai pada saling membunuh. Maka Allah berfirman: apabila kamu wahai orang-orang beriman melihat dua kelompok dari saudara-saudara kamu cenderung kepada peperangan dan permusuhan, curahkan kesungguhan kalian untuk mendamaikan antara keduanya, ajaklah keduanya mengikuti hukum Allah. Apabila salah satu dari keduanya melampaui batas sehingga melakukan kedzaliman dan kesewenang-wenangan, dan menginginkan berbuat dzalim di muka bumi ini, perangilah orang yang seperti itu. Sehingga kelompok tersebut kembali kepada jalan yang lurus dan ridha terhadap hukum Allah, menjauhkan diri dari berbuat yang melampaui batas dan menjauhi permusuhan. Jika mereka sudah menahan diri dari permusuhan maka damaikanlah mereka berdua dengan adil, karena mereka adalah saudara kamu juga. Termasuk kewajiban umat Islam adalah mendamaikan di antara saudara-saudaranya. Mereka tidak membiarkan terjadinya kebencian yang menjalar, juga tidak membiarkan mereka terjadinya perpecahan yang akan bekerja memecah belah persatuan. Karena orang-orang mukmin adala saudara, mereka disatukan oleh ikatan iman. Dan disana tidak ada jalan menuju kepada mengembalikan kemurnian kecuali dengan ishlah di antara dua kelompok yang sedang bertikai. Itulah jalan menuju kemenangan, keberuntungan dan keberhasilan. Dan bertakwalah kepada Allah agar kalian mendapatkan rahmat-Nya, dan kalian berbahagia dengan ridha-Nya dan pertemuan dengan-Nya.

Diterjemahkan dari Kitab Tafsir Rawaiul Bayan oleh Ain NurWS
(Hasil kuliah dengan ustadz Zaini Munir F)

2 Komentar

  1. surah / surat : Al-Hujuraat Ayat : 6

    yaa ayyuhaa alladziina aamanuu in jaa-akum faasiqun binaba-in fatabayyanuu an tushiibuu qawman bijahaalatin fatushbihuu 'alaa maa fa'altum naadimiina

    6. Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu.

    Surat al-Hujurat secara keseluruhan membimbing kehidupan bermasyarakat yang Islami. Surat ini mengajarkan bagaimana bersikap yang benar terhadap Rasulullah, bagaimana bersikap yang baik terhadap sesama mukmin, dan juga mengajarkan kewajiban dan tanggung jawab terhadap masyarakat Islam. Petunjuk-petunjuk tersebut bertujuan untuk menjaga dan memelihara keutuhan masyarakat Islam, dijauhkan dari intrik-intrik musuh, maupun kecerobohan internal umat Islam yang membahayakan masyarakat Islam.

    Turunnya ayat ini untuk mengajarkan kepada kaum muslimin agar berhati-hati dalam menerima berita dan informasi. Sebab informasi sangat menentukan mekanisme pengambilan keputusan, dan bahkan entitas keputusan itu sendiri. Keputusan yang salah akan menyebabkan semua pihak merasa menyesal. Pihak pembuat keputusan merasa menyesal karena keputusannya itu menyebabkan dirinya mendhalimi orang lain. Pihak yang menjadi korban pun tak kalah sengsaranya mendapatkan perlakuan yang dhalim. Maka jika ada informasi yang berasal dari seseorang yang integritas kepribadiannya diragukan harus diperiksa terlebih dahulu.

    Perintah memeriksa ini diungkapkan oleh al-Qur’an dalam kata fatabayyanu. Makna kata tersebut akan semakin mantap kita fahami dengan memperhatikan bacaan al-Kisa’i dan Hamzah, yang membaca kata tersebut dengan fatatsabbatu. Kedua kata tersebut memiliki makna yang mirip. Asy-Syaukani di dalam Fath al-Qadir menjelaskan, tabayyun maknanya adalah memeriksa dengan teliti, sedangkan tatsabbut artinya tidak terburu-buru mengambil kesimpulan seraya melihat berita dan realitas yang ada sehingga jelas apa yang sesungguhnya terjadi. Atau dalam bahasa lain, berita itu harus dikonfirmasi, sehingga merasa yakin akan kebenaran informasi tersebut untuk dijadikan sebuah fakta.

    Informasi yang perlu dikonfirmasikan adalah berita penting, yang berpengaruh secara signifikan terhadap nasib seseorang, yang dibawa oleh orang fasik. Tentang arti fasik, para ulama’ menjelaskan mereka adalah orang yang berbuat dosa besar. Sedang dosa besar itu sendiri adalah dosa yang ada hukuman di dunia, atau ada ancaman siksa di akhirat. Berdusta termasuk dalam salah satu dosa besar, berdasarkan sabda Rasulullah saw;

    “Maukah kalian aku beritahukan tentang dosa besar yang paling besar, lalu beliau menjelaskan, kata-kata dusta atau kesaksian dusta” (HR al-Bukhari dan Muslim)

    Sebenarnya persoalan dusta sebagai dosa besar atau dosa kecil tergantung pada masalah yang diberitakan secara dusta. Jika materi informasi tersebut menyangkut persoalan penting yang berimplikasi besar, maka berdusta bisa masuk kategori dosa besar. Tetapi jika persoalan yang disampaikan secara dusta itu persoalan sepele, dan tidak berimplikasi apa-apa, bisa masuk dosa kecil. Meskipun begitu, kebiasaan dusta itu sendiri adalah kebiasaan yang sangat tidak baik, sehingga di dalam bai’at Aqabah Rasulullah saw memasukkan unsur ‘tidak berdusta’ ke dalam salah satu point bai’at. Terlepas dari dosa besar atau dosa kecil, orang yang biasa berdusta menunjukkan bahwa kepribadiannya meragukan, sehingga kata-katanya tidak bisa dipercaya.


    BalasHapus

Posting Komentar