Oleh: Ain Nurwindasari
Sabtu, 23 Juni 2012
Sebelum membicarakan yang lain-lain, aku jelaskan dulu makna risalah yang akan kita bahas di sini. Risalah kalau dalam bahasa Arab bisa berarti surat atau kiriman. Arsala-Yursilu artinya mengirim atau mengutus. Nah, risalah dalam gal ini ialah sebuah karya tulis/karya ilmiah serupa skripsi yang disusun oleh mahasiswa setingkat D3.[1] Kalau mahasiswa S1 yang mau lulus harus bikin skripsi, maka thalabah dan thalibat Pendidikan Ulama Tarjih Muhammadiyah (PUTM) putra dan putri harus bikin risalah sebelum meninggalkan PUTM.

Sedikit tentang asal usul risalah ya...

Sebelumnya tidak dikenal risalah sebagai persyaratan lulus PUTM. Seiring dengan perkembangan pemikiran para tokoh PUTM, maka dirasa perlu dikembangkan kemampuan menulis para thalabah dan thalibah PUTM. Mereka (para thalabah dan thalibah PUTM) tidak hanya dituntut bisa membaca (qira’ah)  kitab kuning (kitab berbahasa Arab dan kebanyakan tidak berharakat), tapi juga harus bisa menulis (kitabah). So, disampaikanlah ide untuk membuat risalah bagi thalabah dan thalibah PUTM ketika hendak lulus PUTM. Usul ini disampaikan oleh Prof. Dr. H. Syamsul Anwar, M.A ketika.... di kampus PUTM Putra.

Selain itu, risalah juga dimaksudkan sebagai momen latihan bagi thalabah/at PUTM untuk penyusunan skripsi di jenjang S1 yang akan ditempuh di UAD dan UMY. Ketika thalabah/at sudah di UAD dan UMY maka tidak akan kesulitan lagi menyusun skripsi karena sudah berpengalaman menulis karya ilmiah serupa. Sudah tahu tips dan triknya menyusun risalah. Apa yang harus dilakukan maupun dihindari dalam penulisan skripsi, bagaimana seharusnya menata kalimat, mencantumkan footnote, mengutip pendapat, dll. Nah, karena sebagai latihan membuat skripsi, risalah hanya dituntut setebal 20-30 halaman.

Sebelum menjalani munaqosah (ujian) risalah, rasanya tegang dan khawatir. Tapi, saat menjalani munaqosah, semuanya mengalir begitu saja. Ada ide untuk berbagi rasa ketika ada di depan dosen penguji.
Rasanya aku ingin menyampaikan beberapa tips tentang menghadapi ujian risalah dengan anggun.

Berikut ini adalah tips menghadapi ujian risalah:
1.     
Pastikan risalahmu adalah orisinil, buatan kamu sendiri, bukan dibuatkan atau jiplak (plagiat). Salah satu bukti orisinalitas risalah adalah tanda tangan penulis yang dibubuhkan pada kata pengantar. Tentu saja bukan berarti tanda tangan adalah satu-satunya bukti orisinalitas risalah. Yang terpenting adalah proses pembuatan risalah kamu adalah kamu yang menjalani dan bukan orang lain. Dengan merasakan sendiri bagaimana lika-liku pembuatan risalah, mengapa memilih judul risalah yang kamu tulis, mengapa risalah bisa begini dan begitu, itu akan membuat kamu merasa PD dan membuat hati tenang karena telah berupaya membuat karya sendiri.
2.    Kuasai materi yang ada dalam risalah mulai dari bagian awal risalah seperti cover, motto, kata pengantar, sampai isi risalah dari bab 1 sampai bab 5 serta daftar pustaka. Jangan sampai kamu sendiri sebagai penulis risalah tidak paham dengan apa yang kamu paparkan dalam risalah. So, tidak ada salahnya jika sebelum menghadapi munaqosah risalah kamu mempelajari risalah kamu.
3.    Diskusikan risalah yang sudah kamu susun dengan teman kamu. Lebih afdhal dengan teman yang lebih menguasai tentang teknik penulisan risalah, skripsi, essay, penelitian, dan semacamnya. Mintala kritik sebanyak-banyaknya kepada teman kamu tentang risalah yang sudah kamu tulis. Jangan gengsi untuk dikritik. Cara ini bisa membantu kamu mencari kelemahan-kelemahan risalahmu, agar ketika penguji risalah memberikan pertanyaan-pertanyaan kamu tidak kaget dan sudah bisa mempersiapkan strategi menjawabnya.
4.    Baca doa sebelum memasuki ruang munaqosah. Bahkan kalau bisa berdoanya sejak jauh-jauh sebelum munaqosah berlangsung. Doa kamu yang bertumpuk-tumpuk—dan bukan hanya ketika membutuhkan dalam keadaan mendadak—akan membuat kamu merasa PD. Oh ya, yang tidak kalah pentingnya adalah minta didoakan oleh orang tua. Doa mereka mendapatkan posisi tersendiri di hadapan Allah. Itu juga cukup membuat kita PD dan tenang.
5.    Jangan mengatakan tidak tahu sebelum berusaha menjawab pertanyaan yang diajukan oleh dosen.
6.    Berusahalah untuk selalu tersenyum dan optimis menghadapi pertanyaan-pertanyaan penguji.
7.    Ingat tips “H2N”; Hadapi, Hayati, Nikmati. Hanya dengan menikmati apa yang sedang dihadapi hidup kita menjadi tenang.
8.    Berusaha positif thinking kepada para penguji. Semakin banyak kritik pedas dari penguji, akan membuat kita semakin tahu kesalahan kita dan tahu bagaimana cara memperbaikinya. Semakin banyak pertanyaan sang penguji, semakin mendorong kita untuk belajar dan belajar lagi menemukan jawaban yang lebih tepat.

Kira-kira itu tips buat kamu yang mau menghadapi ujian risalah. Tips di atas saya rasa juga masih relevan untuk diterapkan dalam ujian skripsi. Buat yang udah menjalani munaqosah, “yang lalu biarlah berlalu, kita punya pengalaman tak ternilai dari munaqosah ini”. Buat yang belum menjalani, selamat mempersiapkan diri memberi kontribusi yang terbaik buat almamater kalian.

Jika tulisan ini kurang memuaskan, memang tulisan ini dibuat apa adanya. Penulis baru mencicipi ujian risalah ini sekali seumur hidup. J Jika ada masukan penulis akan sangat berterima kasih. Matur tengkyu atas perhatiannya.

Wallahu a’lamu bishshowab.


[1] Tapi saya juga nggak tahu apakah mahasiswa D3 di tempat lain juga dibebani tugas menyusun risalah. Atau mungkin mereka menyusun karya ilmiah hanya saja istilahnya bukan risalah. Hehe, ST.

2 Komentar

  1. olah saya kira membuat surat-surat gt, ternyata bukan :). kan artinya risalah adl surat. hehe

    BalasHapus
  2. wah keren, untuk aku yang belum pernah meresakan bangku kuliah.

    semoga satu waktu aku bisa menjalani studi D3 atau S1 dan membuat karya tulis risalah, skripsi atau semacamnya.

    BalasHapus

Posting Komentar