Geng? Nggak salah nih bahas geng? Kayak pernah ngegeng aja. Haha. Emang belum pernah sih aku ngegeng. Tau sendiri, aku bisa disebut kuper kuadrat. Sekolah-rumah-kerja. Itu doang tempat singgahku selama aku sekolah. Dari tiga tempat itu sudah membuat aku menjadi orang sibuk. Mana mungkin aku sempat main-main ke rumah teman, apalagi menghabiskan waktu dengan teman-teman geng. Yapz, kecuali untuk urusan tugas sekolah, barulah aku bisa membelokkan langkahku untuk tidak langsung ke depan rumahku.


Kali ini aku ingin bahas tentang geng karena yang sedang aku hadapi sekarang adalah anak-anak SMP yang sebagiannya adalah anggota geng sekolah. Geng mereka ialah KBJ (Komunitas Bang Jali). Sangar ya.. haha. Kenapa menarik dibahas? Karena mereka ini sering menjadi sorotan para guru. di antara mereka ada yang berprestasi, tidak sedikit yang sering dipanggil guru karena bermasalah dalam moral maupun akademik. Lalu, salahkah geng? Bukan itu maksudku. Biar kita juga tidak menilai seseorang dari satu arah saja. Apalagi memberi stigma negatif pada mereka yang ngegeng, bahwa kegiatan mereka hanya kumpul-kumpul tak bermakna, atau merencanakan sesuatu yang tidak baik. Kan tidak adil.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, geng ialah sekelompok remaja (yang terkenal karena kesamaan latar belakang sosial, daerah, dsb) atau gelombolan. Dari definisi tersebut geng memiliki makna yang umum. Tidak ada kecenderungan kepada hal-hal yang positif ataupun negatif. Namun tetap tidak bisa dipungkiri bahwa geng punya stigma yang negatif. Mau tidak mau mereka yang bergabung ke sebuah organisasi bernama geng, mendapat resiko yang tidak manis ini. Mendapat stempel yang tidak sedap itu.

Di sekolah tempat aku mengajar sekarang, baru-baru ini ada masalah kecil yang melibatkan hampir semua anggota geng KBJ. Padahal masalah sebenarnya hanyalah karena ejek mengejek. Tapi masalah menjadi terlihat besar ketika para anggota geng ikut berkerumun mendatangi TKP. Akhirnya, tangis tak terhindarkan, meski tidak ada korban fisik sama sekali. Hanya hampir memukul, hampir melempar sendal, karena si pelaku tersulut emosi. Akhirnya semua anak yang terlibat kejadian ini dipanggil dan diberi pengarahan. Mereka diberi kesempatan untuk menceritakan kronologi kejadian terlebih dahulu. Alhamdulillah, akhirnya mereka sadar kesalahan mereka masing-masing. Entah kesadaran itu memang benar-benar sadar, ataukah hanya ingin menenangkan kami para guru.

Yang terpenting adalah bahwa geng itu sebenarnya bisa dijadikan sarana untuk menebar kebaikan. Demikian kata seorang guru menasihati. Kenapa? Karena geng adalah power tersendiri. Sudah saatnya kita berfikir tidak sebelah otak. Tidak memandang sesuatu sebelah mata. Tapi melihat sesuatu secara objektif. Bahwa geng pada asalnya adalah sekelompok remaja yang ingin mengaktualisasikan diri lewat kelompok mereka. Hanya mereka perlu diarahkan kepada hal-hal yang positif. Justru mereka akan menjadi power yang positif kalau kita berani memberikan tantangan yang menarik buat mereka biar mereka bisa membuktikan kepada orang-orang di sekitar bahwa mereka berprestasi, mereka peduli dengan orang lain, mereka punya power.

Dalam hal ini KBJ ditantang untuk menjadi kelompok siswa yang terdahulu dalam hal berangkat ke masjid, berprestasi dalam lomba-lomba, hormat kepada guru, peduli kepada teman dan hal-hal lain yang positif. Keren kan. Alhamdulillah, kejadian ini memberikan hikmah yang berharga bagi kita semua.
Ada seorang remaja yang bergabung dan menjadi ketua dalam sebuah geng. Setelah dia menjadi ketua geng, dia menjadi sombong, suka keluar malam dan membantah orang tua. Entah kenapa geng bisa memberi dampak yang seperti itu. Dan dia sendiri mengakuinya. Semenjak menjadi ketua geng dia menjadi suka membantah orang tua. Geng menjadi lebih penting daripada orang tua maupun guru. Jika ide geng berseberangan dengan guru dan orang tua, maka geng lebih dia pertahankan dan dia bela. Apakah yang seperti ini yang kalian mau?

Silakan ngegeng, silakan mengadakan pertemuan, tapi ingat apa yang sebenarnya kalian perjuangkan. Apakah hanya kesenangan? Ataukah bisa dialihkan kepada hal-hal yang positif? Kalau memang geng bisa membuat kalian lebih baik, tidak masalah. Tapi kalau ngegeng bisa membuat kalian semakin tidak baik. Sebaiknya tinggalkan ngegeng untuk masa depan yang lebih baik.

By : Ain Nurwindasari

4 Komentar

  1. yang keren tuh geng sekolah suzuran, ketuanya takiya genji. serizawa, kaburagi kazeo, , itu baru geng keren. pukul pulan. oooh genjiya. ..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Boleh tau seperti apa deskripsi geng suzuron? sepertinya menarik :D

      Hapus
  2. Bagaimana tanggapannya tentang kebiasaan perilaku geng pada orang dewasa? Terutama secara psikologisnya, bgaimana efeknya? Slah satu contohnya dlam hal brpakaian, selalu sama.. hobi jalan2, sering brkumpul d tempat kerja ttapi hnya anggota mreka saja.. dan lain sebagainya..

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya saya juga melihat fenomena itu. ada orang sudah dewasa tapi masih suka ngegeng. ya mereka nggak ngaku sih kalau nge geng. tapi sering mengadakan kumpul-kumpul sesama mereka dan mamakai pakaian senada, memposting foto mereka bersama-sama atau membuat video bersama-sama. intinya mereka selalu terlihat kompak. Hanya saja, kadang mereka terlihat eksklusif, karena membuat lingkaran tersendiri. mereka juga seakan-akan punya standar sendiri, sehingga sulit untuk memberikan masukan kepada mereka. karena mereka seperti punya standa nilai yang sama dan ketika ada masukan untuk mereka, mereka seakan harus mendiskusikan dulu. Kalau saya sih yang seperti itu kurang setuju. sebaiknya kita bersemangat memberi manfaat yang sebanyak-banyaknya untuk semua orang di sekitar kita. dan jika ada yang tidak baik, kita jangan segan memberi masukan/saran/kritik, meskipun itu adalah teman dekat kita. Wallahu a'lam.

      Hapus

Posting Komentar