Umat Islam mesti bersyukur karena agama yang diyakini mereka adalah agama yang tidak hanya mengatur kehidupan ukhrowi, namun juga kehidupan dunia. Seluruh langkah hidup manusia sudah diatur oleh Sang Maha Pencipta yakni Allah SWT. Agama bagi umat Islam bukan hanya simbol pengabdian manusia pada sang pencipta di tempat-tempat tertentu, tapi agama menjadi nafas di seluruh kehidupan manusia di manapun dan kapanpun mereka berada. Agama mengatur segala urusan manusia sampai hal yang sederhana sekalipun, yakni makan.


Pembaca, aktifitas makan bagi umat lain mungkin hanya menjadi aktifitas biasa dan rutin dijalankan tanpa ada filosofinya. Namun tidak demikian dalam Islam. Masalah makan sudah diatur sedemikian rupa dari segi hukum, kesehatan, sampai etika. Di dalam Islam makan (dan minum) haruslah halal dari segi zat makanan itu sendiri, cara mendapatkan makanan tersebut dan bagaimana mengolahnya. Tidak hanya itu, makanan yang dimakan juga harus bergizi dan baik dikonsumsi oleh tubuh. Demikian juga cara makan harus dengan duduk dan menggunakan tangan kanan.

Subhanallah, begitulah Islam mengajarkan bagaimana manusia seharusnya melakukan aktifitas makan. Dan semua itu sudah tidak diragukan lagi terdapat hikmah yang mengikuti baik dari segi kesehatan maupun psikologis. Tulisan ini hanya mengupas singkat tentang filosofi makan yang diambil dari beberapa ayat.

Q.S. Al-Maidah ayat 88

وَكُلُوا مِمَّا رَزَقَكُمُ اللَّهُ حَلَالًا طَيِّبًا ۚ وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي أَنْتُمْ بِهِ مُؤْمِنُونَ

Dan makanlah dari apa yang telah direzekikan oleh Allah sebagai rezeki yang halal dan baik. dan bertakwalah kepada Allah yang kalian beriman kepada-Nya.

Dari ayat ini Allah mengajarkan kepada kita bahwa ketika kita makan makanan yang halal maka harus didasari oleh rasa takwa kepada-Nya. Artinya, ketika kita makan makanan yang halal kita sadar bahwa kita memilih makanan yang halal, mendapatkannya dengan cara yang halal dan mengolahnya dengan cara yang halal karena kita tahu bahwa Allah memerintahkan kita demikian dan melarang kita untuk memakan yang haram. Demikian juga keimanan harus menjadi landasan bagi kita memakan makanan yang halal. Dengan demikian, dalam aktifitas makan, jika kita sadar dan paham maka kita juga mendapatkan pahala iman dan takwa.

Selanjutnya, mari kita renungkan ayat berikut:

فَكُلُوا مِمَّا رَزَقَكُمُ اللَّهُ حَلَالًا طَيِّبًا وَاشْكُرُوا نِعْمَةَ اللَّهِ إِنْ كُنْتُمْ إِيَّاهُ تَعْبُدُونَ (114)

 

Artinya:

Maka makanlah yang halal lagi baik dari rezeki yang telah diberikan Allah kepadamu dan syukurilah nikmat Allah jika kamu hanya menyembah kepada-Nya. (Q.S. An-Nahl (16): 114)

Dalam ayat di atas disebutkan perintah makan makanan yang halal dan baik kemudian diiringi dengan perintah bersyukur kepada Allah yang dihubungkan bahwa kepada Allah saja kita beribadah. Susunan redaksi yang hampir sama ini mengindikasikan nuansa dan maksud yang sama atas beberapa kata yang menjadi kaitan perintah makan. Jika pada Al-Maidah ayat 88 perintah makan diiringi dengan rasa iman dan takwa, maka pada An-Nahl ayat 114 ini kita diperintahkan makan makanan yang halal atas dasar rasa syukur dan dalam rangka beribadah kepada Allah.

Kenapa bersyukur? Karena Allah telah memberi karunia berupa makanan yang halal. Ini adalah hal yang sangat patut disyukuri. Jika Allah saja sudah menyediakan makanan yang halal, mengapakah kita harus mencari dan mangambil makanan yang haram. Namun ada juga yang mengatakan bahwa “mencari makanan yang haram saja susah apalagi yang halal?”. Lha... kalau sama-sama susah kenapa nggak cari yang halal saja ?

Beribadah...

Makan makanan yang halal dihitung ibadah manakala ketika kita makan kita sadar bahwa ini perintah Allah. Inilah makanan yang diridhoi Allah untuk kita makan. Meski susah payah kita mencarinya. Meski susah payah pula kita harus mengolahnya. Namun semua itu bernilai ibadah. Semua itu mendapat pahala dan akhirnya bisa menjadi jalan ke surga.

Nah, keren sekali bukan? Islam begitu keren memang. Soal makan saja bisa menjadi jalan ke surga. Apalagi aktifitas lain yang dihasilkan dari energi yang didapatkan dari makan. Insyaallah semua itu menjadi berkah dan menjadi jalan ke surga pula.

Kesimpulan: makan makanan halal -> atas dasar iman dan takwa, bentuk rasa syukur dan bernilai ibadah.

Wallahu a’lam bish showab.

 

 

Post a Comment