Aku ini orangnya ndeso bin ora gaul banget. Makanya kalo ada istilah-istilah baru yang itu muncul dari anak-anak gahol bikin aku keki. Pasti aku diem, dengerin dulu sambil membatin “duh, ini orang ngomong apa sih. Mana gue gengsi mau tanya.” Kecuali sama orang yang aku percaya dia nggak bakal malu-maluin aku. Suatu hari ada istilah yang namanya BAPER. Apaan sih baper? Aku tanya ke teman dekatku, “Mbak, baper itu apa sih?”, syukurlah dia langsung jawab, “oh baper itu bawa perasaan.” Ooooh... #dengan muka tanpa motif
Jadi, baper itu bawa perasaan. Nah, setelah aku cari di google, ketemulah dengan sebuah meme gini:

Baper adalah semacam perasaan yang datang secara tidak sengaja dan bisa menimbulkan komplikasi berkelanjutan.
Nah, ini nih definisi yang cukup membantu.

Aku nggak tahu ya baper ini dikonotasikan sebagai apa, sesuatu yang positif kah atau sesuatu yang negatif. Tapi karena seringnya aku dengar atau baca orang bilang “jangan baper dong!”. Ih dikit-dikit kok jangan. Jangan kok dikit-dikit. Hehe. Dari situasi tersebut aku jadi tahu kalau baper itu lebih dikonotasikan ke hal-hal yang negatif. Mungkin kalau seseorang cepat tersinggung, cepat ngambek, cepat merasa dibully, itu baper kali ya. Okelah, fine. Sejauh itu bisa membuat orang merasa lebih tegar dari superman #eh, istilah jangan baper masih aku anggap baik.

Sebelumnya apakah kalian tahu aku ini orangnya perasa banget? Bukan suka mencicipi makanan ya. Misalnya gini, kalau aku nonton film yang mengharukan aku pasti nangis. Biarpun itu film pendek Cuma dua menit! Waktu aku nonton serial film pendek dari DAQU MOVIE (cari deh di yutub) hampir semua scene aku nangis. Baper banget kan? Nonton film kan buat menghibur kok malah nangis. Tapi emang filmnya bagus sih, bikin terharu dan akhirnya meleleh. Sisi positif menurutku dari baperku ini adalah aku cepat minta maaf dan berterima kasih. Menurutku loh ya... ini baik.

Suatu ketika aku chat sama teman dan ternyata agak lama nggak dibalas. Cuman diread. Nggak biasanya gitu. Padahal itu obrolan butuh tanggapan. Terus aku minta maaf. Dari situlah aku tahu bahwa sikapku dianggap baper. Baiklah. Besoknya aku dapat hikmah dari seorang teman. Dia bilang “kalau nggak baper bukan manusia.” betul juga sih. Nggak baper berarti nggak punya perasaan dong.

Aku baru nyadar udah terbawa main stream of baper. Seharusnya kita memposisikan baper di tempat yang tepat.

Dan aku sebagai pemuda labil mengakui bahwa kita itu mudah sekali terbawa arus. Mudah sekali mengucapkan istilah-istilah baru namun tidak memahami makna, konteks dan tujuannya apa. Entah siapa yang pertama kali memunculkan istilah baper. Yang pasti nulis ini juga bikin aku baper. Bawaan laper. Haha.

Terus, apa hubungannya dengan caper? Caper adalah kepanjangan dari cari perhatian. Hubungannya ya mereka kan kayak kakak beradik gitu. Caper lebih awal lahir daripada baper. Tapi mereka dari orang tua yang berbeda, ras sama. Rasnya sama-sama anak gaul. Jadi mereka saudara tiri? Ya kira-kira begitulah. :D

Lalu hubungannya sama laper? Laper itu kalau kamu udah lama nggak makan, terus asupan gizi dalam tubuhmu mulai mendekati habis, kamu pasti merasakan laper. Nggak ada hubungannya ya?
:D

Makasih udah baca tulisan singkat ini :)


Asrama Asiah, Gombak, 10 September 2015

Post a Comment