Dalam tulisan ini aku tidak sedang menceritakan pengalaman aku menggapai mimpi-mimpiku, tapi tentang seseorang yang aku temui tadi pagi. Namanya Nor Rohaini. Beliau adalah salah seorang security di UIA. Di kampus ini memang banyak ditemui security perempuan. Mereka tidak kalah sigapnya dengan laki-laki. namun tetap saja, ketika tidak memakai baju kerja, mereka adalah perempuan yang lembut, seperti Kak Nor Rohaini ini. Aku memanggilnya kak hani. Kami saling mengenal diawali dengan perjumpaan kami di asrama Asiah sekitar 5 bulan yang lalu. Ya, ketika aku baru saja menjadi penghuni asrama Asiah. Ketika itu aku baru saja mengunjungi temanku di asrama halimah. Lalu beliau bertanya aku dari mana, asal malaysia atau indonesia? Sedang studi s1 atau s2, s3? Jurusan apa dan seterusnya.

Tanpa aku duga beliau kagum dengan tokoh-tokoh Islam dari Indonesia. Beberapa di antaranya adalah Prof. Hamka, Yusuf Mansur dan Felix Siaw. Beliau juga suka mendengar ceramah dari tokoh Islam Indonesia yang berceramah ke Malaysia, dan suka membaca buku-buku Islam hasil karya tokoh Indonesia. Aku pun menceritakan bahwa aku punya beberapa buku Yusuf Mansur. Jika berkenan aku mempersilakan beliau meminjamnya. Beliau pun dengan senang hati menerima tawaranku. Setelah beliau menamatkan bacaan buku Yusuf Mansur, beliau bertanya apakah aku punya buku lagi yang mungkin dia suka membacanya. Aku bilang aku baru saja beli buku Lembaga Hidup, karya Prof. Hamka. Beliau pun tertarik untuk membacanya. Dan beliau pun sudah menamatkannya. Namun kali ini aku berikan saja buku itu kepada beliau. Dan beliau sangat berterima kasih.

Pagi ini kak hani menemuiku karena ingin memberiku hadiah buku. Dua buku berjudul Diagnosis3 Mortuari dan Kupilih Redha-Mu adalah dua buku yang beliau pilihkan untukku.  Bukan karena aku sedang ulang tahun, bukan dalam rangka apapun. Tapi beliau sudah bilang ketika kami bertemu di masjid UIA bahwa beliau ingin memberiku hadiah buku. Pagi ini kami bertemu di cafe Asiah. Beliau ternyata sudah membawakanku sebungkus nasi lemak. Padahal baru saja aku selesai makan. Akhirnya aku menemani beliau makan. Beliau selalu berseri-seri setiap kali bertemu dengan temannya. Termasuk pagi ini ketika menemuiku. Seperti bertemu dengan orang yang sudah lama sekali ia rindukan. Betapapun seringnya kami bertemu, raut muka ceria itu tidak pernah berubah. Dan itu menular. Alhamdulillah, aku ikut merasa bahagia.

Kemudian beliau mulai membuka pembicaraan.

 “Awak tau tak, kenapa saya bagi buku ini kat awak?” tanya beliau sambil tersenyum.

Aku menggelengkan kepala sambil tersenyum. “nggak tau kak. Emang kenapa? Apa buku ini bagus? Kakak sudah baca?”

Beliau tersenyum lagi. “Tak. Saya rasa macam sudah tak de masa baca buku.” Jelasnya sambil tertawa lagi. “Paham tak?”

Aku tidak paham dan hanya menggelengkan kepala sambil mengerutkan dahi.

“Saya ni sudah tak de masa. Saya rasa masa ni sudah mau habis. Saya merasa sudah akan berhijrah dari dunia yang fana ini.” Masih dengan tersenyum dan raut mukanya semakin bahagia.

Seketika itu saya terdiam. saya merasa ada yang aneh. Kenapa tiba-tiba kak hani ngomong seperti ini? Dia merasa sudah mau meninggal?

“awak paham tak apa yang saya cakap?” beliau memastikan bahwa saya tidak sedang memikirkan sesuatu yang lain.

“iya. Iya.. saya paham kak. Kak hani kenapa ngomong kayak gitu. Kita emang nggak tau kapan kita meninggal. Tapi kita juga harus bersiap-siap untuk dipanggil sewaktu-waktu.”

“saya ni merasa bahwa masa saya sudah selesai. Saya rasa sudah tidak ada artinya apa yang ada di hadapan saya. saya merasa sudah sangat dekat dengan waktu itu.”

“kak hani jangan ngomong gitu ah. Kak hani makan lah.”

Beliau pun melanjutkan makan. Satu suapan, beliau ngomong lagi, “ayah saya sudah meninggal 20 tahun yang lalu, tapi beliau sentiasa berada di sisi saya. setiap kali saya sedih saya mengadu dan memeluk beliau. Saya juga menjadi orang yang baik dan ingin selalu berbuat baik, karena ayah saya selalu menasihati saya demikian. Namun sudah beberapa hari ini ayah saya sudah tak nampak lagi. Dan saya merasa sudah saatnya saya bertemu dan menyusul ayah saya. Awak boleh percaya ataupun tidak. Tapi itulah realiti.” Lanjut beliau, dan beliau pun memasukkan satu suapan lagi ke dalam mulutnya. Aku hanya diam penuh tanda tanya.

“teman saya pernah cerita, tulislah mimpi-mimpimu sebanyak-banyaknya dan semua itu pasti dikabulkan oleh Allah. Dan sekarang apa yang sudah saya tulis di buku saya sebagai mimpi-mimpi besar itu telah terkabul. Saya rasa sudah tidak ada asa lagi untuk buat sesuatu lagi. apa pendapat awak?”

“kalau menurut saya ya kak, saya hanya menanggapi yang tentang ayah kakak, orang yang sudah meninggal itu sudah beda alam. Mereka pun sudah punya urusan sendiri di alam kubur. Mereka nggak bisa lagi ikut campur urusan kita.” Jelasku mencoba berpendapat.

“Iya memang begitu. Tapi tidak ada yang sulit jika Allah sudah berkehendak.” Kata beliau.

“tapi kak, di dalam al-Qur’an maupun hadis, tidak ada dalil bahwa manusia yang sudah meninggal bisa menemani keluarganya di dunia.”

“iya, saya tau tapi itulah yang terjadi.”

“Tapi kak, di dunia ini juga ada makhluk selain manusia yang mereka tidak pernah rela dengan akidah kita yang lurus. Bisa saja itu mereka”tegasku.

Begitu banyak yang beliau ceritakan, terlalu banyak yang kami bicarakan pagi itu, dan tentu saja pembicaraan kami bukan seperti dialog di forum yang sistematis. Kami ngobrol sekeluarnya saja. Oh ya, beliau juga cerita tentang seorang perempuan yang beliau anggap sebagai guru. karena perempuan itu lah yang menasihati agar kita menjadi orang yang ridha dan selalu husnudzan pada Allah. Dan setiap bertemu dengan perempuan itu beliau termotivasi untuk menjadi lebih baik. ketika tidak bertemu pun kak hani merasa didoakan dan kak hani pun mendoakan perempuan ini.

Singkat cerita beliau ingin agar didoakan agar beliau senantiasa ingat kepada Allah dan meninggal dalam keadaan husnul khotimah. Beliau juga ingin agar aku menuliskan kisah pertemuanku dengan beliau ini. Beliau memberiku nasihat agar kita hidup itu tujuannya adalah untuk mencari ridha Allah. Keikhlasan dan kejujuran adalah kunci datangnya pertolongan Allah. Selalu membersihkan hati dan positif thinking kepada Allah insyaallah akan kita temui kebahagiaan dan akan hilang kesulitan. Jika ada kita merasa banyak masalah dan doa belum juga terkabul, mungkin ada cela dalam diri kita yang harus diperbaiki. Kita perlu menghadirkan cahaya dalam hati, dan itulah yang akan membimbing kita. Hidayah Allah itu lah yang akan datang dalam hati kita dan menerangi hidup kita sehingga hidup terasa mudah dan bahagia untuk dijalani. Namun untuk mendapatkan hidayah itu perlu pengorbanan banyak dan derita yang mungkin terasa berat dan menyakitkan. Memperbanyak sedekah diiringi dengan doa agar doa kita terkabul juga perlu diperhatikan.

Ya Allah, semoga kita termasuk orang-orang yang selalu mendapat petunjuk-Mu. Dan matikanlah kami dalam keadaan hati yang tenang seperti firman-Mu “Wahai jiwa-jiwa yang tenang, kembalilah kepada Tuhanmu dengan keadaan ridha dan diridhai.” (Q.S. Al-fajr:27-28)


4 Komentar

  1. Kamu sih buat cerita bikin org deg2an. Ingatkan tadi kak hani itu jadi meninggal. Sekarang kamu berada dimana? Sudah kembali ke jawa? Salam ya dari malaysia.

    BalasHapus
    Balasan
    1. hehe maaf yaa.. bukan maksud membuat cerita macam tu...

      saya masih di KL...

      waalaikumussalam wr wb

      Hapus
  2. Tksh atas balasannya. Kamu ada bakat jadi penulis. Tulisan bersifat keagamaan sesuai kamu tulis. Cuba dulu dlm ruangan akhbar dan kalau sdh mahir nanti boleh terbitkan buku. Sy ada beli buku travelogue yg ditulis oleh seorang pengembara dan diterbitkannya sendiri. Ada ramai juga org yg buat begitu. Pengalaman kamu yg naik lion air dulu pun seronok juga sy membacanya. Ok, sekian dulu, selamat bekerja.

    BalasHapus
    Balasan
    1. terima kasih... boleh lah kalau mau bagi tahu bagaimana caranya menerbitkan buku. saya sudah ada draft buku tapi belum diterbitkan hehe

      Hapus

Posting Komentar