Judul Buku : Diagnosis 3; Mortuari
Penulis: Jack Naim, Fahd Razy, Noor
Hayati Yasmin
Penerbit: Dubook
Tahun terbit: 2016
Tebal buku: 183 halaman
Bisa dibilang ini adalah buku
pertama yang aku baca dalam bahasa Melayu. Bahasa yang aku merasa lebih sulit
aku pahami dibandingkan bahasa Inggris ketika pertama kali aku menginjakkan
kaki di Malaysia. Pasalnya banyak kata yang tulisan dan bacaannya sama dengan
kata yang ada dalam bahasa Indonesia, tapi penggunaan dan maksudnya berbeda di
Malaysia. Sebut saja kereta, itu bukan berarti kendaraan panjang yang berjalan
di atas rel, tapi kereta yang dimaksud di Malaysia adalah mobil.
Buku berjudul Diagnosis
3:Mortuari ini ditulis oleh 3 dokter bernama lengkap Dr. Jack Naim, MD.,
Dr. Fahd Razy, MB BCH BAO., Dr. Noor Hayati Yasmin, MBBS. Mereka menceritakan
beberapa kisah yang menjadi pengalaman real mereka saat bertugas sebagai
dokter. Hampir semua ceritanya itu tentang kematian. Namun, jangan salah, ini
bukan kumpulan cerita horor. Ini adalah kisah bagaimana manusia bisa mengambil
hikmah dari kematian.
Sebagaimana dimaklumi bahwa
sebagai seorang dokter yang bekerja di rumah sakit tentu merupakan hal yang
lumrah menemui peristiwa kematian di depan mata. Kematian menyajikan berbagai kesan
di hadapan orang yang masih hidup. Dan kesan-kesan yang mendalam bahkan
mengharuskan pembaca meneteskan air mata di luar kesadarannya bisa ditemui dalam
buku Diagnosis 3:Mortuari ini. Ketiga dokter (Jack Naim, Fahd Razy, dan
Noor Hayati Yasmin) ini bisa menggambarkan dengan jelas sebuah peristiwa
kematian dan apa yang ada di balik semua itu.
Sebut saja kisah “Surat Untuk
Abah” yang diberitakan oleh Dr. Noor Hayati. Kisah ini mungkin banyak juga kita
jumpai di sekitar kita. Tentang seorang dokter yang ditugaskan di luar kota,
lama tidak bisa pulang karena dokter di klinik tersebut sangat terbatas. Untuk mengambil
cuti pun tidak mudah. Walhasil, karena Dr. Noor Hayati sudah sangat merindukan
dan dirindukan orang tuanya, dia meminta cuti kepada atasan dan akhirnya
diberikan. Inginnya memberi surprise dengan tidak memberi kabar hingga ia
terbang dan sampai di rumah. Namun yang terjadi sebaliknya, sebelum terbang,
ketika sudah di bandara, Dr. Noor Hayati ditelpon oleh kakaknya bahwa Abahnya
telah tiada. Dan uniknya kisah ini dituangkan dalam bentuk surat.
Selain kisah mengharukan, juga
ada kisah memilukan. Kisah seorang perempuan yang meninggal karena aborsi dalam
“Seteguk Chivas Segelas Vodka”, seorang bayi yang baru berusia tiga bulan dan
dititipkan oleh ibunya kepada baby sitter lalu tersedak bubur dan meninggal
dunia “Maafkan mama”, dan kisah “Putera Pulau Timba-Timba” yang menceritakan
tentang bayi berusia satu bulan yang mengalami dehidrasi dan akhirnya
meninggal. Dan yang membuat surprise adalah bayi ini lahir dari ibu yang tidak
memiliki warga negara. Mereka disebut sea gypsies. Mereka tinggal di atas
perahu, terapung di sekitar perairan Thailand, Sabah, Indonesia dan Filipina. Ayahnya
meninggal karena terkena racun ikan. Sungguh memilukan dan membuat mata terbuka
bahwa di luar sana, ada orang yang nasibnya jauh dari apa yang kita rasakan
sekarang.
Kisah yang sangat mengharukan dan
mungkin menjadi master piece dari seluruh kisah yang ada dalam buku ini adalah “Selamat
Jalan Sahabatku”. Dr. Prasanth yang di halaman-halaman sebelumnya beliau
menjadi tokoh cerita, pada halaman terakhir beliau menjadi tokoh utama, penutup
cerita, dalam kisah akhir hidupnya. Dokter muda penuh dedikasi, semangat dan
kesopanan yang tinggi ini dipanggil oleh Allah lewat kecelakaan yang cukup
mengenaskan. Meski telah meninggal, namun namanya tetap harum karena sahabat
baiknya, Dr. Jack Naim telah menuliskan kisahnya dalam buku ini.
Buku ini tidak hanya memberikan
butir-butir mutiara hikmah kepada kita, terutama bagi kita yang beragama Islam
ataupun semua yang meyakini adanya kematian. Buku ini juga memberikan gambaran
bagaimana perasaan menjadi seorang dokter, yang selama ini mungkin masyarakat
umum memberikan stigma negatif atau menganggap bahwa pekerjaan dokter itu
ringan dan gajinya besar. Karena ternyata menjadi seorang dokter adalah pilihan
untuk mendedikasikan waktu, pikiran dan tenaga sedaya upaya untuk memberikan
pertolongan kepada pasien, kapanpun dan bagaimana pun keadaannya. Mungkin gambaran yang saya berikan di sini
tidak cukup membuat pembaca merasa puas. Maka langsung saja baca bukunya, biar
ikut merasakan haru, geram, dan salut pada para dokter yang sudah
mendedikasikan diri untuk menolong manusia.
Posting Komentar