Suatu hari
saya berkeinginan sekali naik pesawat. Sejak kecil, tidak pernah sekalipun bisa
naik pesawat karena selain tidak ada keperluan yang mengharuskan naik pesawat
juga karena tidak ada biaya untuk bisa naik pesawat. Semua orang terdekatku
tahu bahwa aku sangat ingin naik pesawat. Mereka sering melihatku memperhatikan
pesawat yang sedang melintas di langit. Dan ternyata di usia 22 tahun keinginan
itu tercapai. Aku bisa naik pesawat secara gratis dengan ruter
Jogja-Jakarta-Padang.
Alhamdulillah.
Suatu hari
pula, saya berkeinginan untuk bisa menjadi salah satu peserta MTQ, entah apapun
cabangnya, yang penting lolos jadi peserta MTQ, itu pun masih karena aku ingin
naik pesawat. Dan keinginan itu pun tercapai di momen yang sama yang saya
ceritakan di paragraph atas. Alhamdulillah.
Suatu hari,
saya ingin bisa membeli beberapa bukunya Ustadz Yusuf Mansur sebagai pelengkap
bahan skripsi. Waktu itu saya tidak punya uang. Akhirnya saya infaq dengan
harapan Allah akan melihat usaha saya dan akan mengabulkan permintaan saya.
Saya infaq tidak banyak, hanya sepuluh ribu rupiah. Tidak berselang lama saya
mendapat uang cuma-Cuma dari seorang dermawan yang tidak saya kenal, lewat
ustadz saya, sebesar satu juta rupiah. Akhirnya saya bisa membeli buku-bukunya
ustadz Yusuf Mansur. Alhamdulillah.
Suatu
ketika, saya ingin sekali kuliah di luar negri. Dan ini masih ada hubungannya
dengan naik pesawat. Keinginan yang ini agaknya sulit tercapai karena biayanya
pastilah mahal. Tapi jika Allah berkehendak tentu tidak ada yang tidak mungkin.
Dan ternyata keinginan itu pun tercapai. Tahun 2015 saya mendapat tugas belajar
di IIUM (Malaysia). Tentu saja saya berangkat dengan naik pesawat.
Alhamdulillah.
Lagi, suatu
hari, saya ingin menikah dengan orang yang saya mencintainya dan dia pun
mencintai saya. Pada tahun 2016 keinginan itu pun tercapai. Saya menikah dengan
suami saya. Saya juga ingin suami saya itu seorang penulis, ternyata meskipun
dia belum bisa menghasilkan buku karena dia tidak punya hobi menulis,
tulisannya pernah dibaca lebih dari sepuluh ribu pembaca di facebook dalam waktu
yang cukup singkat. Meski hanya satu kali. Alhamdulillah.
Suatu
ketika, pada semester dua kuliah master saya di Malaysia, saya dimintai tolong
oleh kawan untuk menemaninya selama dua minggu di rumah kontrakannya. Suami
teman saya sedang pulang ke Indonesia dan kawan saya ini tidak berani hanya
berdua dengan bayinya di rumah kontrakan. Akhirnya saya temanilah dia. Sempat
terfikir untuk bisa tinggal di rumah semacam itu. Rumah sederhana yang cocok
untuk mahasiswa ngirit seperti saya. Kemudian saya bilang pada teman saya “semoga
nanti saya bisa dapat rumah kontrakan semacam ini”. Pada semester berikutnya
ternyata saya lah yang menyewa rumah tersebut meski hanya dua bulan.
Alhamdulillah.
Beberapa bulan
kemudian, masih di Malaysia, saya diajak oleh teman saya mengikuti suatu
pengajian. Saya pun menemaninya, karena saya sangat suka dengan bayinya yang
sangat lucu. Pengajian itu diselenggarakan di sebuah rumah di tepi jalan raya. Rumah
yang sangat strategis, karena terletak di pinggir jalan dan dekat dengan pusat
kota. Rumahnya bernuansa putih, nampak masih baru. Banyak jendelanya. Ada dua
lantai. Rumah itu ditempati oleh sebuah keluarga yang sedang menyelesaikan
studinya di Malaysia. Sempat terfikir untuk bisa menempati rumah itu, meski
hanya ngontrak. Tapi setelah ‘kepo’ harga sewanya, rasa-rasanya tidak mungkin
saya bisa menyewanya. Dan ternyata, selang beberapa bulan dari acara pengajian
itu, saya lah yang menjadi penyewa rumah putih itu. Saya dan suami sempat
tinggal di rumah itu sampai akhirnya kami pulang dan tidak kembali lagi ke
Malaysia. Rumah itu kami sewa dengan hanya membayar 30% dari harga sewa yang
sebenarnya. Dan saya baru menyadari bahwa saya pernah memimpikan untuk bisa
menyewa rumah itu ketika saya sudah menempatinya.
Dari beberapa
kisah yang saya ceritakan di atas, banyak hal yang seakan tidak mungkin tapi
ternyata bisa terjadi atas kehendak-Nya. Hal-hal yang saya anggap cukup sulit
untuk bisa terwujud, akhirnya terwujud seiring berjalannya waktu.
Saya hanya
berpesan, bahwa keinginan atau yang kita sebut sebagai mimpi, jangan ragu untuk
diungkapkan. Ada doa yang ketika kita panjatkan, meski hanya sekali, dia
kemudian bekerja seiring berjalannya waktu. Ada semesta yang ketika tahu kita
punya keinginan itu, mereka pun mendukung. Ada keluarga, ada sahabat, yang tulus
ikut mendoakan dan mendukung terwujudnya mimpi kita. Kalau bisa, tulislah
daftar keinginan kita. Lihatlah bagaimana mimpi itu satu per satu bisa
terwujud.
Jangan lupa,
lakukan yang namanya sedekah. Sedekah itu bisa berupa kebaikan apapun yang kita
mampu lakukan. Ini bisa menjadi cara cepat agar keinginan kita terkabul. Terus lakukan
kebaikan, tanpa memikirkan kapan sedekah itu akan dibalas. Yang pasti sedekah
itu energi positif. Energi tidak dapat diciptakan dan tidak dapat dimusnahkan
kan? Maka pasti sedekah itu akan kembali pada diri kita. Entah menjelma sebagai
apa. Mungkin salah satunya adalah menjelma sebagai keinginan kita yang terwujud
suatu hari.
Saya juga
berpesan, seharusnya kita tidak perlu terlalu mengkhawatirkan masa depan. Insyaallah
semua akan baik-baik saja jika kita juga konsisten menabung kebaikan. Hanya saja
perlu kesabaran untuk menunggu hasil yang kita inginkan itu terjadi. Akhirnya,
selalu berprasangka positif dan focus berbuat kebaikan adalah pilihan utama
untuk melukis masa depan yang indah, cerah, dan bahagia.
#sekedarsharing
Gresik, 8
November 2017
Ain Nurwindasari
Posting Komentar