Pelatihan ustadz-ustadzah TPA se-Kecamatan Kasihan dan sekitarnya
Diadakan oleh Forum Silaturrahmi Pengajian Anak se-Tamantirto (SPAT) pada hari Ahad, 29 Mei 2011, bertempat di Balaidesa Tirtonirmolo, Kecamatan Kasihan, Bantul, DIY. Balaidesanya cukup besar, lho.. seperti gedung-gedung pertemuan yang juga bisa dipakai untuk pertunjukan.
Pemateri 1: M. Sutrisno (bukan Muhammad Sutrisno, lho... tapi Mas Sutrisno, hehe).
Sedikit gambaran aktifitas organisasi sang pemateri yang menyenangkan ini.
1. Biro diklat Badko TKA-TPA Propinsi DIY
2. Ketua lembaga Pembinaan dan Pengembangan Keluarga Sakinah Dewan Pengurus Daerah (DPD) Badan Komunikasi Pemuda Remaja Masjid Indonesia (BKPRMI) Kabupaten Bantul.
3. Aktivis Yayasan “Silaturrahim Pecinta Anak-anak” (SPA)
4. Yayasan “Corp Dakwah Pedesaan” (CDP)
5. Pengajar di Pondok Pesantren “Surya Global Amanah” Yogyakarta
6. Ketua TPA Akhlakul Karimah Musholla Asy-Syahri Padokan Kidul, Tirtonirmolo, Kasihan
Inilah materi yang beliau sampaikan. Sebenarnya tampilannya adalah slide. Berhubung saya tidak mendapatkan slide-nya, namun mendapat makalahnya, maka inilah yang bisa saya share kepada pembaca.
Alhamdulillah, kita sungguh beruntung!
Beruntunglah siapa saja yang mau dengan ikhlas menjadi pengurus, pengasuh, pendidik, guru ngaji, ustadz-ustadzah TPA (atau apapun sebutannya). Syukurlah jika kita memillih profesi demikian. Insyaallah, kita akan menjadi “sebaik-baik orang” seperti kata Nabi Shollallahu ‘alaihi wasallam. “sebaik-baik kamu adalah orang yang mau belajar Al-Qur’an dan mengajarkannya.” (HR. Bukhori)
Menjadi pengasuh TPA (yang juga berarti tholabul ‘ilmi) itu pekerjaan mulia-berpahala. “Barang siapa keluar dalam rangka menuntut ilmu maka dia itu berada di jalan Allah hingga ia pulang.” (HR. Tirmidzi)
Mari menuntut ilmu tiada jemu, mengaji tiada henti...
Al-‘ilmu qobla al-qouli wal ‘amal. Ilmu itu sebelum perkataan dan perbuatan. Mengurusi anak dan mengajar TPA itu ada ilmunya. Pakai ilmu saja belum tentu sukses apalagi jika asal-asalan. Untuk itu guru ngaji juga harus rajin ngaji.
Ada yang bilang, mengajar anak TPA itu sulit dan susah. Tapi ada yang ngomong, mendidik anak itu gampang dan menyenangkan. Mana yang benar? Bagi kita, sulit atau gampang itu tergantung bagaimana usaha kita untuk bsia menjadi ustadz-ustadzah yang baik. Terus belajar menjadi pendidik profesional.
Ikhlas dan Istiqomah
Ini syarat utama penunjang kesuksesan berdakwah. Apa yang kta kerjakan lillahi ta’ala, semata mencari ridho Allah Subhanallahu wata’ala. Yang ikhlas tidak akan mudah kecewa atau gampang putus asa. Ikhlas sebelum, saat dan sesudah beramal. (Kalau mau ngaji soal ikhlas silakan pelajari surat Shaad:82-83, Al-An’am:126, dan beberapa hadits). Niat ikhlas itu ditunjang sikap tegar dan tekun dalam menghadapi masalah. Ya, harus istiqomah! (Lihat QS. Huud: 112. Asy-Syuraa:15, Fushilat:30-32)
Berakhlak mulia, menjadi teladan utama
Ayo menjadi uswatun hasanah (teladan yang baik) dengan meneladani Rosulullah Sollallahu ‘alaihi wasallam (QS. Al-Ahzab:21). Miliki sifat-sifat Rosulullah yang agung:
1. Sidiq (QS. Az-Zumar:33)
2. Amanah (QS. An-Nisa’:58, Al-Haaqah:44-46)
3. Tabligh (QS. Al-Maidah:67, At-Takwir:24, ‘Abasa:1-2)
4. Fathonah (QS. Al-Fath:27)
Jadilah pendidik yang menyenangkan, ramah, dan tidak mudah marah
Imran:33-34, 159, Al-Maidah:13. Jangan lupa selalu sabar dan sabar! Tetaplah : “lembut tanpa menjadi lemah, tegas tanpa menjadi kasar.”
Saatnya harus mandiri
Mandiri intinya:
- Mampu “berdiri di atas kaki sendiri”
- Tidak banyak tergantung pada pihak lain
- Bisa mengatur “rumah tangga” sendiri
- Mampu mengatasi permasalahan yang dihadapi
Pribadi yang mandiri
Para aktivis TPA mestinya bisa menjadi pribadi-pribadi yang mandiri. Aktif di TPA dengan ikhlas dan menjalankan amanah dengan baik. Menjalin kerja sama dengan teman tapi jangan terlalu bergantung kepada kawan. Ada pengasuh TPA yang mau berangkat jika teman lain berangkat. Jika tahu temannya tidak berangkat maka dia juga pilih tidak berangkat. Ini namanya bukan pribadi yang mandiri. Mestinya kita fastabiqul khoirot (berlomba dalam kebaikan). Jika teman-teman datang di TPA syukurlah. Jika mereka tidak datang pun kita tetap melangkah di jalan dakwah.
Jika di sebuah TPA punya “tokoh utama” (misalnya direktur TPA) itu baik adanya. Tapi jangan sampai kita tergantung pada sang tokoh semata. Jangan sampai yang lain kemudian tidak berani mandiri. Jangan sampai si tokoh tidak hadir lalu TPA jadi tersendat. Ada lho TPA yang bubar gara-gara direkturnya merantau ke luar daerah.
Alangkah indahnya jika TKA-TPA dipenuhi oleh pribadi-pribadi yang mandiri. Kalau saja ada tokoh TPA yang menikah dan terpaksa pindah rumah..itu tak akan membuat TPA goyah. Seandainya ada teman yang mundur, yang lain tak akan kendur, tetap maju pantang mundur.
Mestinya pada aktivsi TPA juga punya kemandirian dalam mengatur waktu. Artinya, sudah mampu mengatur sendiri kapan saat TPA, kapan harus belajar atau bekerja, kapan harus beraktivitas yang lain. Jadi tidak perlu lagi ada orang tua mengeluh karena anak remajanya malas belajar gara-gara sibuk TPA.
Sungguh indah jika para aktivis TPA juga punya kemandirian dalam hal ekonomi, finansial, atau keuangan. Ini malah bisa mendukung TPA dengan kemampuannya. Atau minimal “hidupnya” lebih tenang sehingga dalam berdakwah pun bisa meraih menang.
Yang mandiri itu selalu kreatif
“Resep berpikir Kreatif”:
1. Dalam berfikir, tidak gampang merasa puas, jangan menerima apa adanya. Sama-sama melihat sesuatu, tapi berpikir dengan cara yang berbeda
2. Jangan terpaku pada satu cara, jangan kaku dalam berfikir.
3. Pertajam keingintahuan. Jadikan “why” sebagai pandu jalan.
“ciri-ciri yang kreatif”:
- Banyak ide , gagasan, alternatif, pilihan, saisat, strategi, cara, jalan, solusi, variasi.
Organisasi yang mandiri
Organisasi adalah sekelompok orang yang bekerja sama untuk mencapai tujuan yang sama. Intinya seperti itu. Istilahnya bisa disebut perkumpulan, paguyuban, persatuan, persaudaraan, ikatan, majlis, badan, lembaga, forum, kelompok, gabungan, himpunan, perserikatan, dan sebagainya.
Organisasi yang mandiri adalah organisasi yang mampu berdiri di atas kaki sendiri, mampu mengatur rumah tangga sendiri, tidak tergantung pada pihak lain, mampu mengatasi persoalan yang dihadapi. TPA yang mandiri, ya demikian itu. Bagaimana membangunnya?
DIMANAJEMEN DENGAN BAIK
Manajemen adalah proses merencanakan dan mengambil keputusan, mnegorganisasikan, memimpin, mengendalikan SDM, keuangan, fisik, dan informasi guna mencapai sasaran organisasi dengan cara yang efisien dan efektif.
“Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berperang (berjuang) di jalan-Nya dalam barisan yang teratur seakan-akan mereka seperti suatu bangunan yang tersusun kokoh.” (QS. Ash-Shoff:4)
“Kebenaran yang tidak terorganisir akan mudah dikalahkan oleh kebatilan yang terorganisir.” (Ali R.A)
INTI MANAJEMEN :
- PLANNING (PERENCANAAN)
- ORGANIZING (PENGORGANISASIAN)
- ACTUATING (PELAKSANAAN)
- CONTROLLING (PENGAWASAN, EVALUASI)
TIDAK SELALU TERGANTUNG PADA “PERHATIAN” PENGURUS TAKMIR
Alhamdulillah, jika banyak pengurus Takmir Masjid/musholla yang menaruh perhatian kepada TPA. Adanya perhatian itu bisa menjadi dukungan bagi kelangsungan dan kemajuan TPA. Tapi hal demikian tidak boleh menjadikan TPA kurang mandiri.
Sebaliknya, jika ada takmir yang kurang perhatian atau acuh tak acuh pada TPA (dengan berbagai sebab) kita tak boleh berputus asa. TPA harus berani mandiri. Jalin komunikasi dan silaturrahmi dengan takmir. Jika tetap kurang berhasil, TPA tetap berjalan dengan kemandiriannya.
ADA ATAU TIDAK ADA “SUBSIDI” YA TETAP MANDIRI.
Ada banyak TPA yang mendapat subsidi dana rutin dari pengurus takmir, bahkan ada yang jumlahnya besar. Meski demikian banyak pula yang tidak ada subsidi sama sekali, terutama untuk musholla yang tidak punya pemasukan rutin besar, atau masjid yang kas-nya kecil. Atasi persoalan keuangan dengan berbagai jalan, siasat, strategi. Ada infak santri, donatur tetap/tidak tetap, sumbangan insidental, dan banyak lagi. atasi dengan kreatif.
PUNYA KELOMPOK/UNIT USAHA EKONOMI.
Mungkinkah? Tak ada yang tidak mungkin, jika kita mau kreatif. Buka usaha yang mudah dan murah dulu. Tentu ini tidak boleh mengganggu jalannya TPA. Contohnya : layanan pesanan snack, warung mini untuk santri, jual-beli buku, jual-beli barang bekas (kertas bekas, besi bekas, kulkas bekas, TV bekas, dll), jasa transport, jasa layanan wisata. Bisa juga melayani pesanan barang lainnya. Beternak kambing, lele, ikan gurameh, ayam, menthok, dan lainnya boleh juga. Atau apalah, yang penting; mudah, murah, berfaedah, berkah.
YANG PENTING TERUS KREATIF
Demikian, afwan, mohon maaf, ngapunten bila banyak kesalahan....(*)
(Sutrisno, da’i mandiri, call/sms: 081 328 795 546)
By: Ain Nurws
Assalamu'alaikum..
BalasHapusTerimakasih untuk informasi yg ada di blog ini. Sebelumnya bolehkah saya bertanya mengenai bab yg tidak jauh dari pembahasan anda?
Di waktu ini saya juga sedang mempersiapkan sebuah acara Training Ustadz dan Ustadzah TPQ, namun karena saya belum memiliki pengetahuan yg banyak mengenai hal tersebut ada kalanya saya sulit mempertimbangkan materi seperti apa yg sangat cocok untuk acara saya ini. Dan saat ini saya juga masih mencari pembicara yg cocok. Apakah anda memiliki saran unuk acara saya? Terimakasih.
waalaikumussalam wr wb
Hapusboleh kita bincang via email? ainnurws@yahoo.co.id
atau fb saya Ain Nurws
menurut saya yang terpenting dalam pelatihan guru TPQ adalah pelatihan SDM nya, bagaimna guru TPQ bisa menjadi guru yang kreatif, ikhlas, serta inovatif.
kemudian manajemen TPA itu sendiri, agar tetap bisa bertahan dan menarik para peserta TPA :)
HapusPosting Komentar