Assalamu'alaikum wr wb
sahabat MWJ, kali ini saya akan membagikan pengalaman pribadi mengikuti PENGAJIAN RAMADHAN yang diadakan oleh Mugeb School Tahun 2020 ini.

Materi TA'AWUN SEBAGAI INDIKATOR TAKWA ini disampaikan Oleh: Ustadz Sonny Zulhuda. Beliau adalah Ketua PCIM Malaysia.

Berikut yang bisa saya tuliskan dari hasil menyimak pengajian beliau. Tanpa banyak editing. (Maklum tidak sempat, hehe)


Allah SWT berfirman dalam Q.S. Al-Baqarah:183 tentang puasa yang tujuan utamanya adalah menjadikan pelakunya sebagai orang yang bertakwa.


 يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ (183)

"Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kalian berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kalian, agar kalian bertakwa"

Takwa adalah output yang diharapkan dari Ramadhan

"la'alla" itu harapan (roja')

Bahwa output dari puasa itu tidak selalu positif, tapi kadang juga negatif. Hal ini sudah diingatkan oleh Rosulullah "betapa banyak orang yang puasa, hanya mendapat lapar dan dahaga". Maka "la'allakum tattaqun" sebagai hadiah.

Maka puasa ada syaratnya agar bisa menghasilkan output yang positif yaitu taqwa.

Kata "tattaqun" fi'il mudhori' yang melambangkan sesuatu yang sustainable (berkelanjutan). Bukan merupakan sebuah keadaan yang statik. Artinya dia memerlukan sebuah kondisi yang berkelanjutan. Maksudnya takwa bermakna takwa yang berkelanjutan.

Kemudian bentuknya jamak. Takwa bisa diraih oleh banyak orang.

Imam Az-Zamakhsyari mengatakan: Takwa itu tidak bisa diraih hanya dengan puasa menahan lapar dan haus serta berhubungan intim. Tapi takwa hanya bisa diraih dengan menjauhi segala maksiat. 
Takwa itu juga bermakna tantadzimuuna, mengatur. Tantadzimuuna fii zumrotul muttaqin, Yaitu mengatur diri di dalam jamaah.
Jadi orang yang bertakwa tidak hanya menjaga diri dari maksiat, tapi juga memperkokoh/memperkuat di dalam barisan jamaah. 

Tidak baik sendirian, tapi melihat kanan dan kiri kita, apakah sudah baik juga.

"Jika anda ingin berjalan cepat, berjalanlah sendirian, tapi jika anda ingin berjalan jauh, berjalanlah bersama-sama. karena berjalan sendirian bisa cepat, tapi belum tentu kita bisa sampai jauh."

Setiap diri kita adalah penting di dalam barisan jamaah. Jangan menganggap remeh diri kita.

Imam Ar-Razi: di antara pengertian la'allakum tattaquun adalah menjauhi maksiat di antara jamaah orang bertakwa, karena puasa itu adalah syiar. 

Esensi puasa: menahan diri dari hal yang membatalkan. Lebih jauh lagi adalah sikap muhasabah: merasa diawasi oleh Allah.

Ihtisaban: merasa dihisab oleh Allah.

Maka konsep puasa itu sendiri sarat dengan nilai-nilai sosial. Meskipun sebenarnya puasa adalah ibadah yang sangat personal, tapi impact yang diharapkan adalah karakter sosial. 

Buya Hamka: orang yang bertakwa adalah mengendalikan diri, orang yang mendidik iradahnya, merawat kemanusiaannya.

Mendidik diri sendiri ini sangat penting, apalagi sebagai seorang guru/pendidik, sebelum anda mendidik orang lain, maka pastikan anda sudah mendidik diri sendiri.
Orang yang tidak bisa mengendalikan diri, dia akan kehilangan rasa kemanusiaannya.

Inilah betapa pentingnya keseimbangan antara takwa secara individu dengan takwa dalam sebuah jamaah.

(Tidak lengkap)


Gresik, 16 Mei 2020
jam 10:47

Ain Nurwindasari



2 Komentar

  1. Terimakasih, tulisannya sangat menarik sekali

    BalasHapus
  2. Tulisannya dapat menjadi tambahan untuk materi teks khutbah jum'at tentang taqwa kepada Allah. Semoga tulisannya menjadi amal sholeh buat penulis dan semua yang membantu menyebarkan.

    BalasHapus

Posting Komentar