1.
Wah, udah dewasa?

MASA MUDA

Masa muda usiaku kini
Warna hidup tinggal ku pilih
Namun aku telah putuskan
Hidup di atas kebenaran

Masa muda penuh karya untukmu Tuhan
Yang aku persembahkan sebagai insan beriman…

Kini jelas tiap langkahku
Ilahi jadi tujuanku
Apa pun yang aku lakukan
Islam selalu jadi pegangan

Masa muda penuh karya untukmu Tuhan
Yang aku persembahkan sebagai insan beriman…

Mumpung muda ku tak berhenti menapak cita
Menuju negeri surga yang nun jauh disana…

(Edcoustick)



Waktu berjalan begitu cepat. Tahu-tahu sekarang kita udah memasuki gerbang masa muda. Tahu nggak, kekuatan dan semangat kita saat ini sedang berada pada puncaknya. Tapi kita baru memulainya kawan. Kita belum apa-apa. Atau jangan-jangan ada yang belum sadar ya kalo kalian -yang tengah menginjakkan usia di bilangan belasan tahun ini- sedang berada di gerbang masa muda? Dan bagi Anda yang udah berkepala tiga, empat bahkan lima dan seterusnya tapi masih punya jiwa muda, nggak masalah kok baca buku ini. Bagus banget malah. Supaya jadi lebih muda lagi gitulho!
Okelah kawan, langsung saja kita bahas masalah kita. Masalah anak muda!
Masa muda? Yupz, kita sekarang udah masuk gerbang masa muda. Bukan masa kanak-kanak lagi. Kamu yang lagi duduk manis di bangku SMA itu udah bisa dibilang sebagai anak muda. Yang masih SMP mungkin juga bisa disebut sebagai anak muda. Ya dong, sahabat Nabi aja banyak yang usianya belasan tahun udah ikut perang gitulho. Sebelas tahun usia Zaid bin Tsabit udah ikut perang Badar bersama ayahnya. Keren kan? Atau kamu yang udah lulus SMA, atau kuliah dan sebagainya, kamu sekarang masuk zona masa muda. Hayo!
Eith, masa muda bukan Cuma buat bersenang-senang dan ber-egois hati! Masa muda seperti yang dinyanyikan sama Edcoustick di atas itu lho, ya masa muda yang bikin bahagia siapa pun yang mendengarkannya. masa muda penuh karya untuk-Mu Tuhan, yang aku persembahkan sebagai insan beriman…. Duh, senengnya!
Salah banget kalo kalian memahami masa muda yang menyenangkan itu cuma buat mereka yang suka berfoya-foya, melanggar peraturan, hidup serba bebas (istilahnya tuh permissivistik), terus ada lagi penyakit yang namanya hedonistic. Itu tuh penyakit cinta dunia yang amat sangat sampai rela ngorbanin agama. Duh, kasihan banget mereka yang hidupnya jauh dari nilai-nilai Islami… nggak kebayang kawan!
Coba kita renungin. Kita tuh ngakunya remaja Islam, ngakunya pokoknya Allah satu-satunya Rabb kita, Muhammad panutan kita, otomatis Al-Qur’an kitab kita juga. Terus, buktinya apa?
Yang ada kita tuh terlalu sering melalaikan Allah, menyakiti Rosul-Nya, dan ngobrol sama al qur’an aja hampir nggak pernah. Apalagi yang namanya akhlak, beh.. jauh banget sama al qur’an. Hmm.. ada juga dengan enteng banget plus tanpa wajah berdosa sesumbar “mumpung muda kita bebaskan hidup kita!!” emang siapa yang berani jamin kita bakal hidup sampai tua?
Membebaskan hidup seperti apa sih menurut kita? Sama sekali nggak dengerin seruan dan larangn Allah? Jujur kawan, bahwa itu salah besar!
Kebebasan yang sebenarnya atau kebebasan hakiki yang menurut Islam itu kebebasan buat beribadah dan melakukan sesuatu apapun tanpa pengaruh mahkluk Allah yang bernama dunia, terus bebas bertindak cuma karena Allah dan Rosul-Nya semata. Yakin deh, penulis nggak bohong, itu udah merupakan kebebasan yang hakiki. Jadi kita nggak terikat oleh mahluk sedikit pun. Bukan oleh pujian apalagi cuma karena menuruti hawa nafsu doang.
Kawan, masa muda merupakan salah satu dari sekian perkara yang akan dimintai pertanggungjawaban oleh Allah nantinya. Buat apa masa mudamu kau habiskan? Bukankah Allah telah memerintahkan kita untuk mengumpulkan bekal yang sebanyak-benyaknya berupa taqwa?
“Dan apa yang kamu kerjakan berupa kebaikan, niscaya Allah mengetahuinya. Berbekallah, dan sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa dan bertakwalah kepada-Ku hai orang-orang yang berakal.” (QS. Al Baqarah : 197)
Di saat masa muda dalam genggaman, di saat kekuatan masih amat besar dan semangat sedang menyala-nyala nih, kenapa nggak kita gunakan waktu itu buat berbekal? kenapa kita nggak memberdayakan potensi kita buat berkarya, beramal shalih untuk menjemput ridho-Nya, mengambil jatah naungan yang disediakan pada saat tidak ada ada lagi naungan kecuali naungan-Nya?
Kata Rosululah, di hari kiamat nanti tuh ada tujuh golongan yang bakal mendapat naungan dari Allah, yang pada saat itu nggak ada naungan selain naungan-Nya. Tahu nggak siapa salah satu dari tujuh golongan tersebut ? cerdas! pemuda yang rajin beribadah. Wah, pengen ya?
Tapi sayang banget, pemuda sekarang tuh banyak yang kehilangan moment-moment pentingnya buat berkarya dalam rangka beribadah. Padahal moment-moment penting kita buat berkarya sebenarnya terbentang luas. Luas banget. Terus gimana? Kita baru nyadar nih! Ya… ngapain lagi, nggak usah nunggu lama! Kita mulai dari sekarang buat berkarya to Allah. Hargai lah kesempatan kita. Jangan biarkan kita terus menerus kehilangan moment-moment ibadah di masa muda kita.
“Barang siapa yang memelihara ketaatan kepada Allah di masa muda dan masa kuatnya, maka Allah akan memelihara kekuatannya di saat tua dan saat kekuatannya melemah. Ia akan tetap diberi kekuatan pendengaran, penglihatan, kemampuan berpikir dan kekuatan akal.” (Ibnu Rajab)
Mulai sekarang jangan Cuma mikirin kesenangan duniawi saja kawan. Akhirat jauh lebih kekal dari dunia. Dunia cuma sekadar tempat berteduh kok, atau cuma senda gurau yang nggak bakal kekal selamanya. Semakin kita turuti dunia, keinginan kita terhadapnya nggak akan habis justru keinginan kita akan terus bertambah dan bertambah.
Okelah, tanpa ragu kita sambut masa muda kita dengan senyum terindah yang kita miliki. Persiapkan mental buat banyak cari bekal, sebelum kita bertemu dengan ajal. Siap?

Posisiku dimana?

Orang bilang masa remaja itu masa transisi karena masa remaja merupakan masa perpindahan dari anak-anak menuju dewasa. Di masa remaja kita sering bingung tentang bagaimana seharusnya kita bersikap. Apa kita masih anak-anak atau udah dewasa sih sebenernya?. Di satu waktu kita mengambil posisi sebagai anak-anak; masih suka manja, nggak punya rasa tanggung jawab sama tugas yang diberikan kepada kita, malas belajar dan lain sebagainya. Eh, di lain kesempatan kita seakan-akan udah dewasa gitu; suka memerintah, mengatur orang lain, merasa tahu dan nggak mau diatur bahkan kita udah berani mengatakan cinta kepda lawan jenis. MasyaAllah!
Orang-orang di sekitar kita juga kayak gitu. Di satu kesempatan mereka memperlakukan kita -para remaja- masih seperti anak-anak; nggak boleh ikut campur masalah orang dewasa, nggak diajak berdiskusi, bahkan kadang nggak diberi kesempatan buat ‘memilih’, alasannya ya kita dianggap belum dewasa. Oh, betapa menyedihkan! Eith, dalam kesempatan lain mereka juga memperlakukan kita layaknya orang dewasa, lho! Buktinya, kita harus bisa mandiri, nggak boleh manja, bahkan mereka juga memberi kita kesempatan ikut berdialog dan ikut menentukan suatu perkara yang sedang mereka bicarakan. Subhanallah, keren ya, kita udah dewasa! Luar biasa! Nggak percaya?!
Terus bagaimana Islam sebenarnya memposisikan remaja? Apakah remaja termasuk anak-anak ataukah orang dewasa?
Sebenernya dalam Islam nggak ada kamus remaja. Yang ada cuma anak-anak dan dewasa (mukallaf). Kalo kita udah remaja (berarti menginjak dewasa) maka kita juga dihukumi sebagai orang dewasa bukan lagi anak-anak. So, kita udah dibebani oleh beberapa kewajiban yang musti kita tunaikan.
Seseorang yang udah remaja bukan berarti hukum yang dibebankan kepadanya menjadi setengah dari orang dewasa. Misalnya nih kalo sholat wajib dibebankan bagi orang Islam yang dewasa itu sholat wajib lima waktu dalam sehari, terus bagi remaja sholat wajib menjadi tiga waktu sehari, atau shaum (puasa) dibebankan kepada orang Islam yang telah dewasa sehari penuh, jadinya bagi remaja shoum hanya sampai waktu Ashar, gitu? Bukan! Bukan seperti itu kawan! Emangnya jatah makan apa ya?. Dalam Islam remaja yang udah baligh berarti dia udah dewasa. Catatan pahala dan dosa pun mulai ditulis bagi seseorang yang udah baligh.
“Diangkatlah pena dari tiga golongan yaitu orang yang tidur hingga ia bangun, dari anak-anak hingga ia baligh, dan dari orang yang gila hingga ia sadar/sembuh”
(HR. Abu Dawud dan An Nasa’i. hadits ini shohih)

Tukang cukur aja tahu!

Jangankan Islam kawan, dalam kehidupan sehari-hari pun posisi remaja nggak dibedakan dengan orang dewasa. Coba ke tukang cukur, penentuan ongkos yang dibedakan cuma ada anak-anak dan dewasa. Nggak ada ongkos cukur khusus buat remaja. Kalau kita milih sebagai anak-anak ya tukang cukur pun akan mengenakan ongkos cukur kepada kita sesuai ongkos cukurnya anak-anak, kalau kita memilih menjadi orang dewasa tukang cukur pun akan mengenakan ongkos bagi dewasa. Tapi.. mungkin nggak dengan fisik kita yang udah terlihat gedhe gini, tukang cukur itu mengira kita masih anak-anak? Ya.. kecuali kalo kita punya postur tubuh yang awet kecil. Itu pun tukang cukur masih mungkin nebak kita udah remaja, bukan lagi anak-anak. Dari suara kita mungkin, kan udah beda dari anak-anak. Nah, tukang cukur aja tahu. Sekarang kita tinggal milih, mau dianggap sebagai anak-anak ataukah orang dewasa!
Ok, kawan, mending jadi orang dewasa aja. Pahala dan dosa sudah pasti tercatat kan?! Kita milih buat jadi anak-anak, malaikat udah terlanjur mengangkat penanya. Kita jalani saja lah hidup ini apa adanya. Maksudnya, apa adanya Allah mengatur kita di jalan-Nya. Ikuti aja aturan main-Nya. Siap? Harus! Yuk kita mulai masa dewasa kita, Oke untuk memulainya ucaplah dengan basmalah. Bismillahirrahmanirrahim.

Post a Comment