Taushiyah Refleksi Tahun Baru Islam
Oleh: Ustadz Salim A Fillah.
Selasa, 07 Desember 2010
Seorang Rabi Yahudi yang masih muda usianya, tinggal di Yatsrib. Namanya Hushoin bin Salim. Ia sangat dihormati dan mendapat kedudukan tinggi di antara kaumnya. Namun kedudukan ini tidak membuat Hushoin bersenang-senang menikmatinya. Ia tetap bersahaja, giat mempelajari kitab Taurat, sehingga pemahamannya terhadap Taurat pun lebih mendalam dibandingkan orang lain. Pada waktu Nabi SAW hijrah ke Madinah, Hushoin sedang memanjat pohon kurma. Hushoin sebagai Rabi yang dihormati tidak segan dengan pekerjaannya tersebut. Ia memanjat pohon kurma meskipun dengan pakaian rumbai yang indah khusus untuk Rabi seperti dia.
Lalu, ketika tahu bahwa Nabi SAW telah sampai di Madinah maka Hushoin bin Salim pun turun dan menyambut Rosulullah SAW dengan mencium tangan beliau.
Rosulullah pun bertanya, “siapa namamu?”, dan Hushoin pun lantas menjawab, “nama saya Hushoin bin Salim.” Rosulullah lalu mengatakan, “tidak. Nama kamu bukan Hushoin. Mulai sekarang nama kamu menjadi Abdullah bin Salim.” Lalu Hushoin menjawab, “baiklah, nama saya Abdullah bin Salim.”
Begitulah secuil dari sejarah hijrahnya Rosulullah SAW yang membentang dalam catatan sejarah yang bisa kita ambil hikmahnya. Di antaranya ialah kebersahajaan Rabi Yahudi meskipun ia mempunyai kedudukan yang tinggi di mata kaumnya. Buktinya ia tidak segan-segan memanjat pohon kurma dengan baju rumbai yang indah yang hanya dipakai oleh Rabi seperti dia.
***
Uatsadz Salim A Fillah kemudian menyampaikan taushiyah demi taushiyah dengan bahasa dan gayanya yang lembut. Sehingga kami seakan tersihir dalam ruangan terbuka, lantai I masjid KH. A. Dahlan, UMY ini.
Penulis kemudian mencoba menyampaikan inti-inti/point-point dari pengajian tersebut.
Hijrah yang pertama kali dilakukan oleh sebagian sahabat ke Habasy telah memberikan pelajaran tentang bagaimana membangun komunitas yang mayoritas berbeda dengan kita dalam hal yang cukup prinsip.
Kualitas iman dan Islam seseorang dapat dilihat (selain dekat dengan Allah) juga dapat dilihat dari hubungannya dengan sesama.
Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir maka:
Janganlah menyakiti tetangganya
Hendaklah berbicara yang baik atau diam
Menyambung silaturrahim.
Jangan sampai kita menjadi pemutus tali silaturrahim.
.......
Yang baik belum tentu baik dan yang baik belum tentu benar.
Baik: benar isinya, indah caranya, dan tepat waktunya.
Muslim yang baik: aman, ramah, dan bermanfaat.
Menghibur jiwa-jiwa ketika hati terluka, membagi senyum kepada sesama ketika hati berduka.
Mohon maaf jika ada kekurangan. Allahu a’lmu bis showab..!!


IKHLASH

Post a Comment