Seandainya kau tahu bahwa itu mimpi
Suatu ketika kita tertidur. Setiap hari kita mengulanginya. Dan hampir di setiap tidur itu kita memimpikan sesuatu. Namun meskipun berkali-kali kita tidur dan bermimpi, toh ketika menjalani mimpi itu kita tidak juga sadar bahwa kita sedang bermimpi. Kita tetap menyangka bahwa apa yang kita alami adalah kejadian nyata. Sehingga kita pun merasa senang, sedih, atau kadang bosan. Namun Allah juga pernah menganugerahi kita perasaan dalam mimpi yang memberitahu diri kita sendiri bahwa kita tidak sedang menjalani dunia nyata. Kita hanya bermimpi. Kamu pernah mengalaminya?
Saya pernah. Dan apa yang kemudian saya rasakan? Saya merasa tidak nyaman dengan mimpi itu. Saya merasa tidak terima saya menjalani mimpi itu. Karena saya tahu saya sedang mimpi. Saya tahu ini bukan kenyataan meskipun ini menyenangkan. Untuk apa saya senang menghadapi ini semua jika itu semua bukan hal yang nyata. Saya lupa apa isi mimpi yang ketika itu saya tahu bahwa saya sedang bermimpi. Namun yang pasti saya merasa tidak mau dibohongi.
Ketika saya tahu bahwa apa yang saya alami hanyalah sebuah mimpi, sebuah khayalan yang tak mungkin akan terwujud, saya merasa bosan dan ingin segera mengakhirinya. Pikir saya, untuk apa saya memperpanjang mimpi?!
Saya sama sekali tidak bermaksud bahwa kita tidak boleh bermimpi. Ini nggak ada hubungannya dengan mimpi yang bermakna cita-cita ataupun harapan. Mimpi disini saya analogikan sebagai keadaan kita yang sedang tertipu. Ketika kita tertipu dan kita tidak tahu bahwa kita tertipu, tentu saja kita akan merasa nyaman untuk berlama-lama dalam keadaan tertipu. Tapi ketika kita tahu bahwa kita sedang tertipu, secepat mungkin kita ingin meloncat dan lari dari ruang ketertipuan. Tentu aneh jika ada orang yang sudah tahu bahwa dirinya tertipu tapi masih tetap agkuh dengan pengetahuannya akan ketertipuan dan kemudian pura-pura tidak sedang tertipu. Sudah cukuplah kita menderita dengan keadaan tertipu. Seindah apapun kebohongan, tetap saja tidak mengubah rumus bahwa tertipu itu nggak enak.
Tapi mengapa ada orang yang nyaman saja dengan keadaan tertipu sedangkan ia sudah tahu bahwa ia tertipu? Ya, orang seperti ini memang aneh.
Pastinya ada sesuatu di dalam ketertipuan itu yang daya tariknya lebih tinggi daripada pengetahuannya tentang ketertipuan. Maksudnya, ia tahu bahwa ia sedang tertipu, tapi ia tahu bahwa kenyataan yang harus ia hadapi di luar ketertipuan sungguh tidak menyenangkan hatinya. Dan ia belum siap untuk menjalaninya. Makanya ia lebih baik bermimpi, berkhayal, dan tertipu. Meskipun ia tahu ia tak akan mendapatkan apa-apa setelah itu. Persis ketika orang tahu bahwa dunia ini hanyalah tipuan tapi masih saja mengejarnya dan tidak mempedulikan akhiratnya. Persis ketika sepasang sejoli tahu bahwa zina akan membuat masa depannya hancur baik jangka pendek maupun panjang namun mereka tetap saja melakukannya. Sungguh kasihan..
Sebuah tidur di siang hari yang berbeda, yang memberitahu diri saya sendiri bahwa saya sedang bermimpi telah memberikan saya pelajaran besar. Jangan-jangan selama ini saya merasa nyaman dengan ketertipuan. Jangan-jangan saya acuh dengan pengetahuan dan masa bodoh dengan ilmu. jangan-jangan apa yang saya ketahui tidak membuat saya keluar dari ketertipuan..
Ahad, 13 Maret 2011 (Beberapa jam setelah bangun dari tidur siang)


PUTM Putri PP Muhammadiyah Yogyakarta
EMAIL: ainnurws@yahoo.co.id

Post a Comment