Memasak kegagalan
Setiap kita pasti pernah mengalami kegagalan dalam meraih apa yang kita cita-citakan baik itu cita-cita jangka pendek maupun jangka panjang. Namun tidak semua orang bisa memaknai kegagalan secara positif. Akibatnya kegagalan selalu disalahkan dan tidak mau melanjutkan perjuangan selanjutnya untuk meraih kesuksesan. Aku takut sobat kuntum belum pernah membaca buku “Al Qandas Al Kamiil, Kegagalan yang sempurna” karya Akin. Menurut Akin, kegagalan adalah bahan utama dalam mewujudkan kesuksesan.
Jika ingin membuat kesuksesan yang manis dan sedap maka pastikan ada kegagalan di dalamnya. Jangan tanggung-tanggung memasukkan bahan utama bernama kegagalan ini. Karena kegagalan merupakan nutrisi yang bagus bagi kesuksesan. Namun, jangan lupa memilih kegagalan yang berkualitas, yakni kegagalan yang disertai dengan usaha nyata untuk memperbaiki kegagalan sebelumnya.
Selanjutnya, masukkan “SYUKUR” dalam ramuan kesuksesan kita. Syukur ini rasanya manis dan warnanya bening karena syukur dihasilkan oleh hati yang bening. Dan bahan dasarnya hanya dua, yakni tidak mengeluh dan selalu berterima kasih. Nah, yang nggak boleh ketinggalan dalam meramu kesuksesan ialah “SABAR”. Sabar memang berasa pahit. Namun bahan ini sangat penting untuk kesuksesan kita. Maka jangan lupa pula untuk memilih ‘sabar’ yang asli. Sebab ada juga sabar yang palsu, dan jangan sampai keliru memilih sabar yang palsu. Sabar yang palsu warnanya loyo. Artinya ketika sedikit saja ada masalah seseorang hanya mau diam dan tidak mau lagi berusaha. Kelihatannya sih sabar, tapi bukan ini sabar yang asli. Sabar yang asli warnanya segar. Ketika ada masalah justru tertantang untuk mencari solusi terbaik, bukan diam saja.
Bahan yang akan membuat kesuksesan semakin manis ialah “BAHAGIA”. Bahan ini rasanya manis namun harus dibuat sendiri, bukan dibeli dalam bentuk instan di supermarket-supermarket. Karena kebahagiaan yang instan itu tidak akan bertahan lama. Dan bisa jadi justru sebenarnya itu bukan sebuah kebahagiaan, melainkan hanya tipuan kesenangan. Kebahagiaan bisa kita buat sendiri dari apa saja yang ada di hadapan kita. Misalnya kita mengikuti pengajian, kita bisa belajar, kita memandangi hamparan sawah, dan lain-lain. Semua itu bisa kita jadikan sebagai bahan dasar membuat kebahagiaan.
Sobat kuntum, tidak cukup sampai disitu. Kita harus memasak ramuan di atas menjadi ramuan yang manis dan sedap di atas api “SEMANGAT”. Ingat, api ini harus dijaga biar hasil masakannya bisa maksimal. Caranya ialah selalu memberi motivasi. Dan api semangat juga harus api biru. Artinya motivasi semangat harus dari Allah, bukan yang lain. Nah, dengan begitu, sobat kuntum akan bisa mengukir sukses dengan manis dan sedaaap..!



(Artikel ini pernah dimuat di majalah KUNTUM, PP IPM pada edisi Juli 2011)

Post a Comment