Lengkong, 06 September 2011
Salah satu pemandangan yang sudah lama ku rindukan adalah langit bertabur layang-layang. Dan saat ini adalah musim layang-layang di kampung halamanku. Di desaku, Lengkong namanya, dan juga desa-desa sekitarnya, sedang ramai-ramainya orang-orang membikin layang-layang. Uniknya, layang-layang yang kini kami saksikan bisa dinikmati keindahannya tidak hanya pada siang hari, tapi pada malam hari pula. Bahkan pada malam hari kini bisa layang-layang bisa dinikmati lebih indah. Para pecinta layang-layang kini telah menemukan kreasi baru untuk itu. yah, layang-layang mereka diberi lampu-lampu kecil yang dipasang di bagian tepi maupun tengahnya.
Layang-layang di kampungku dan sekitarnya ini biasa disebut layangan sowangan. Layangan sowangan adalah layang-layang yang dipasang sowangan yang berfungsi menghasilkan suara yang meraung-raung. Sowangan biasanya berupa kayu dari bambu yang dipotong tipis dan panjangnya dibuat melebihi lebar layang-layangnya. Kemudian kayu bambu tersebut dibentuk menyerupai busur lingkaran dan antara ujung busur dipasang pita. Pita inilah yang jika kayu bambu berbentuk busur tersebut digerakkan akan menghasilkan suara sowangan. Lalu Sowangan dipasang di bagian kepala layang-layang.
Pada malam hari layang-layang nampak seperti bintang yang gemerlap menghiasi langit. Warna lampu yang dipasang pemilik layang-layang beragam. Mulai dari warna merah, kuning, biru, ungu, dan hijau. Indah sekali bukan?? Mungkin pemandangan ini baru ku temukan sekarang. Sejak aku menginjakkan kaki di tanah kelahiranku pada Ramadhan 1432 H ini, aku sudah disambut oleh layang-layang yang bisa ku nikmati sejak sore hingga malam hari. Di Jogja apalagi, aku tidak pernah menemukannya. Apakah karena aku selalu di dalam asrama, jarang keluar sehingga tidak tahu apakah di jogja juga ada layang-layang seperti di kampungku, ataukah karena di jogja memang belum populer layang-layang model di kampungku?? Yang pasti aku sangat menikmati pemandangan layang-layang disini.
Bapakku tidak mau melewatkan momen musim layang-layang ini. Meskipun atas permintaan cucunya, beliau juga membuat layang-layang sowangan. Sayang sekali, layang-layang yang pertama kali dibuat oleh bapak belum sempat terbang sudah patah ketika keponakanku memaksa membawa layang-layang tersebut ke rumahnya yang berjarak sekitar 35 km dari rumah kami. Layang-layang berikutnya yang dibuat oleh bapak akhirnya bisa terbang dengan indah. Pada sore hari, sekitar jam 16.00, bapak menerbangkan layang-layangnya. Aku ikut bersemangat menerbangkan layang-layang. Apalagi melihat di atas kaki langit sebelah utara desa kami, pemandangan layang-layang pada sore hari tampak seperti festival layang-layang. Jangan salah, dalam hal layang-layang kami memang sangat kompak.. J. Tidak ada salahnya tho, membuat hati para penikmat senja menjadi semakin nyaman..
By : Cahaya

Post a Comment