Jum’at, 05 Agustus 2011
Hari ini adalah hari ke-5 aku mengajar di Madin Al-Muttaqin. Di hari pertama setelah kami mengajar TPA, Pak Sri pernah bertanya kepada kami, “gimana dengan anak-anak TPA Al-Muttaqin?”. Kami menjawab, “Alhamdulillah, mereka baik-baik, penurut, pendiam,...” intinya kami menjawab bahwa mereka nggak nakal. Mungkin kami membandingkannya dengan anak-anak TPA Baiturrohman, Tundan. Mereka memang cukup nakal, bandel, jauh dari kata penurut.
Ketika mendengar jawaban itu, pak Sri mengatakan sambil tersenyum, “Itu mungkin karena pengacaunya belum datang.” Kami tercengang, “ha? Pengacau?”. Pak Sri menjawab, “Iya, sebenarnya ada satu pengacau yang bikin anak-anak yang lain yang tadinya nggak nakal jadi ikut-ikutan nakal.”
“Oh, iya kah?”
“Iya.”
Dan pada hari kelima ini kami benar-benar menemui ‘pengacau’ itu. Ah, lebih tepatnya ‘tantangan’, bukan ‘pengacau’. Kami sadar, di manapun kami mengajar pasti ada anak didik yang baik, paling baik, biasa, luar biasa, nakal, dan paling nakal. Dan kami menemui anak yang paling nakal itu, kami anggap sebagai tantangan. Inilah tantangan kami. Mampukah kami mengahadapi tantangan yang tidak mudah ini? Ataukah kami hanya mau mengajar anak yang penurut-penurut saja? Bukankah jika kami bisa mengatasi anak yang sangat nakal itu sesuatu yang laur biasa?
Di hari kelima ini, suasana TPA sudah tidak sekondusif biasanya. Mungkin bukan hanya karena adanya ‘tantangan’ itu. Tapi karena mereka sudah merasa kenal dengan pengajarnya. Hmmmm..wajar.. . Syukuri saja apa yang ada di depan mata. Kami yakin Allah selalu memberi pertolongan kepada hamba-Nya yang menolong agama-Nya. Amien.

by : cahaya

Post a Comment