Ternyata kita tidak bisa meremehkan jabatan bernama pengajar TPA. Karena di manapun kita berada, kita bisa menjadi yang luar biasa. Menjadi pengajar di TPA itu sebenarnya tidak mudah. Kita harus menjaga senyum kita tetap mengembang menutupi kesal yang memuncak. Kita harus tetap ramah, menutupi kemarahan yang sudah merah. Kita harus tetap ceria, menutupi lelah yang sudah menumpuk.
Tidak percaya?
Coba saja terjun langsung ke dunia TPA. adik-adik yang kamu lihat imut-imut itu ketika ngaji mereka sering rewel. Mereka kalau ngaji minta didahulukan, minta menjadi nomer satu, minta menjadi pemimpin pengajian, minta pulang duluan, kalau ada takjilan minta diberi takjilan yang pertama.
Kadang mereka anarkis, menggulingkan bangku-bangku yang digunakan untuk mengaji, memberontak, tidak mau hafalan, tidak mau didongengin, sukanya permainan, jalan-jalan, hasil tulisanmu di papan tulis tanpa segan dicoret-coret bahkan dihapusnya, dan seterusnya. Kamu pasti capek menghadapi mereka.
Maka jika ada ustadz-ustadzah yang tak kenal lelah maupun putus asa, tetap semangat mengajar, tetap mengembangkan senyumnya di depan anak-anak, tidak mengeluh, maka dialah sosok hebat yang dengan gigih mempersiapkan generasi Islam, penerus perjuangan kita. Ustadz-ustadzah itu, mereka tidak dibayar dengan mahal. Bahkan ada yang tidak dibayar. Mereka sudah cukup dibayar dengan keberhasilan anak didiknya bisa baca tulis al-qur’an, mengerti sopan santun, hafal doa sehari-hari, dan bisa praktek wudhu dan sholat.
Semoga Allah memberkahi kalian, ustadz-ustadzah..
BY : CAHAYA

Post a Comment