MH adalah istilah singkatan dari Muballigh Hijrah

Muballigh Hijrah sendiri merupakan kegiatan rutin yang diadakan oleh PUTM bekerja sama dengan PWM DI Yogyakarta.

Berikut ini adalah deskripsi singkat tempat Muballigh Hijrah saya pada 1432 H, atau tepatnya tahun 2011 M di Gunung Kidul, sebagai lokasi MH ke-tiga (Pertama di Bantul, Kedua di Nitikan Yogyakarta, Ketiga di Gunung Kidul, Keempat di Nitikan lagi).

LOKASI MH : Dusun Pondok Laban, Desa Sampang, Kec. Gedang Sari, Kab. Gunung Kidul PARTNER MH : Bashiroh Titik Mawarti A. KONDISI LOKASI 1. Kondisi Kampung Sampang, Gedang Sari, Gunung Kidul adalah satu desa yang terletak di salah satu lereng Gunung Kidul. Desa ini terdiri dari enam Padukuhan, yakni Padukuhan Pondok, Karang Asem, Mongkrong, Singon Kerep, Kayen, dan Sidomulyo. Desa Sampang adalah desa perbatasan antara Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) dengan Jawa Tengah, tepatnya dengan Klaten. Sehingga masyarakat Sampang jika berbelanja biasanya ke Pasar Gempol, Klaten. DIY dan Klaten dibatasi oleh jalan beraspal yang tidak begitu lebar. Sebelah kiri jalan beraspal adalah daerah Klaten, sementara di sebelah kanan jalan tersebut adalah Kabupaten Gunung Kidul. Laban adalah nama salah satu perhimpunan yang ada dalam tingkat RT. Sedangkan Dusunnya sendiri sebenarnya adalah Pondok. Sehingga ada yang namanya Pondok Krebet, ada Pondok Laban. Karena termasuk daerah pegunungan, maka untuk masuk ke Dusun Pondok Laban, Sampang, harus melewati jalan menanjak yang cukup terjal. Sementara di samping kiri ada sungai yang ketika Ramadhan ini sudah tidak berair kecuali hanya sedikit sekali. Pemandangan paling dominan di kampung ini ialah banyaknya pepohonan jati, sono, pisang, mangga, dan lain-lain yang baris-berbaris menyambut para pendatang yang datang ke kampung. Rumah-rumah di kampung ini terbilang jarang, karena hanya ada 19 Kepala Keluarga di kampung Laban ini. Di Kampung Pondok Laban ini tidak ada SD maupun TK. Namun ada SDN Pondok yang letaknya sekitar 500 meter dari Laban. Dan ada TK ABA Sampang yang letaknya sekitar 2 km dari Laban. 2. Kondisi Madrasah Diniyah Madrasah Diniyah Al-Muttaqin yang didirikan oleh Pak Sriyanta saat ini (Agustus 2011) sedang dalam proses pembangunan. Insyaallah pada Syawal (September) mendatang, Madin sudah berdiri dan akan diadakan peresmian Madin Al-Muttaqin. Sampai saat ini kegiatan TPA dilakukan di serambi rumah Pak Sri. Beberapa banner berisi motivasi untuk Santri maupun Ustadz/ah tampak terpampang di dinding serambi. Dan ada buku-buku iqro’ yang disediakan oleh Pak Sri bagi para santri yang tidak membawa iqro’ (dan kebanyakan mereka tidak membawa iqro’) 3. Kondisi Masjid Masjid Al-Muttaqin bukanlah masjid yang besar. Masjid ini sungguh kecil, berukuran sekitar 5x5 meter. Awalnya saya pikir memang hanya musholla, bukan masjid. Karena di depan pintu masjid juga tertulis “MUSHOLLA AL-MUTTAQIN”. Tapi ternyata pada hari Jum’at juga digunakan untuk sholat jum’at berjama’ah. Lantainya sudah dikeramik, begitu pula sebagian dindingnya. Masjid ini terletak sekitar 500 meter dari balai desa Sampang, atau 30 meter dari rumah pak Sri. Dan bagi yang rumahnya terletak di sebelah timur masjid, butuh pendakian yang cukup lumayan untuk sampai di masjid ini. Di masjid ini ada tempat wudhu, namun hanya khusus pria karena tidak ada penutupnya. Kamar mandi pun bisa dikatakan (maaf) tidak layak pakai. Alhamdulillah, Masjid ini punya beberapa mushaf Qur’an. B. KONDISI MASYARAKAT 1. Nama-nama tokoh masyarakat : - Bapak Sriyanta Pak Sri adalah salah satu anggota PCM Gedang Sari yang cukup aktif. Di rumah beliaulah saya dan Mbak Bashiroh bermukim selama melaksanakan tugas MH. Beliau juga merupakan tokoh masyarakat, ustadz kondang di daerah Gedang Sari, Gunung Kidul. Masyarakat sekitar biasa menyapa beliau dengan panggilan “Pak Sri” atau “Pak Guru”. - Ibu Sri Pawening Bu Wening adalah istri dari Pak Sri. Beliau juga sosok yang cukup disegani masyarakat sekitar karena aktif di PCA dan juga merupakan seorang Guru SD di Sampang. - Mbah Asmo Inilah salah satu tokoh masyarakat di Pondok Laban yang sudah sangat tua. Menurut penuturan beliau sendiri, usia beliau sudah mencapai 80 tahun. Beliau orang yang begitu semangat beribadah seperti sholat berjama’ah, dzikir, maupun menuntut ilmu, juga berdiskusi. - Mbah Nardi Mbah Nardi adalah salah satu imam juga mu’adzin di masjid Al-Muttaqin. - Pak Mario Pak Mario inilah orang yang berprofesi sebagai pedagang, tapi juga ternyata adalah seorang ustadz. beliau juga mempunyai pengaruh di sekitar masjid al-muttaqin. 2. Mata pencaharian umum masyarakat: Masyarakat Pondok Laban sebagian besar berprofesi sebagai petani dan peternak. Hasil pertanian berupa kunyit, asam, pisang. Sementara peternakan yang menjadi mata pencaharian masyarakat Laban maupun masyarakat yang ada di Desa Sampang lainnya adalah peternakan sapi, kambing, ayam, dan burung penghasil telur puyuh. Sebagian yang lain adalah penebang kayu di hutan. Mereka membeli kayu di hutan yang dimiliki oleh warga lain kemudian dijual ke pasar maupun di jadikan bahan bangunan. Sedangkan yang lain lagi mencari penghidupan dengan menambang batu di gunung sekitar. Batu tersebut selanjutnya digunakan sebagai perabot hias maupun bahan bangunan. Hanya ada satu dua orang yang mempunyai profesi sampingan sebagai pedagang/punya toko di rumah. C. KONDISI ORANG TUA ANGKAT MH 1. Mata pencaharian Orang tua angkat MH kami di Pondok Laban, Sampang, Gedang Sari,Gunung kidul adalah Pak Sriyanta dan Bu Sri Pawening. Pak Sri dan Bu Wening berprofesi sebagai pengajar. Pak Sri mengajar di SDN Sampang dan di SMP Muhammadiyah 1 Gedang Sari, sedangkan Bu Wening mengajar di SDN Kedung Bolong, Gedang Sari. 2. Kegiatan Kegiatan Pak Sri sehari-hari adalah menjalankan profesinya sebagai Guru SD dan SMP, demikian juga Bu Wening. Namun mereka punya aktifitas lain di luar itu, yakni mengelola Madrasah Diniyah (Madin) Al-Muttaqin yang baru didirikan oleh Pak Sriyanta. Pak Sriyanta adalah ustadz sekaligus kepala Madin. Sedangkan Bu Wening sebagai bendahara Madin Al-Muttaqin. Madin Al-Muttaqin belum dibuka secara resmi namun beberapa kegiatan seperti TPA sudah berjalan. Karena memang sebelumnya Pak Sri sudah mengelola TPA al-Muttaqin. Selain itu, aktifitas lain yang sudah menjadi bagian hidup Pak Sri adalah aktifitas dakwah, menjadi muballigh yang memberikan ceramah ke berbagai tempat di daerah Gedang Sari. Karena Pak Sri termasuk da’i kondang di daerah Gedang Sari dan mempunyai beberapa binaan majlis taklim. Subhanallah.. 3. Hal-hal yang disenangi dan tidak disenangi Secara keseluruhan apa yang saya dapati di tempat MH kali ini semuanya menyenangkan. Terutama bisa tinggal di rumah Pak Sri, banyak pelajaran hidup yang saya terima. Beliau telah mengajarkan bagaimana mendidik anak dengan baik dan bijaksana. Beliau juga memperlakukan orang lain agar tidak menyakiti mereka, bagaimana berdakwah dengan baik dan bijaksana, bagaimana menghadapi hidup dengan selalu optimis dan positif thinking. Di kampung Pondok Laban ini tidak seperti daerah gunung kidul yang lain yang dikabarkan sering kesulitan air. Alhamdulillah, disini air melimpah meski sempat pernah macet beberapa hari. Selain itu, warga di kampung ini ramah-ramah dan menyambut baik kami. Mereka juga antusias untuk belajar agama bersama kami. Namun jika saya harus menuliskan hal-hal yang tidak saya senangi adalah jauhnya kampung ini dari keramaian. Tidak ada warnet maupun pusat belanja melainkan harus turun dan menempuh jarak yang cukup jauh. Apalagi tidak ada kendaraan umum yang beroperasi di sekitar sini. Tapi sekali lagi, disini sangat menyenangkan.  Demikian, semoga laporan singkat ini bermanfaat.. Amien..

3 Komentar

Posting Komentar