KENAPA HARUS IBADAH?
Kamis, 06 Oktober 2011
Seperti yang sudah pernah saya katakan, harus ada proses pembelajaran dari setiap perjumpaan kita. Dan mesti ada yang dibagikan dari apa yang sudah didapatkan. Karena rugilah kita jika pertemuan yang kita alami tidak membuat kita lebih baik. Maka tidak ada salahnya jika disini saya bagikan oleh-oleh dari Kajian Remaja Masji Muttaqin Ngrame pada kamis (6/10) malam sehabis maghrib.
Jangan salah, meskipun ini adalah pengajian di masjid di sudut kampung yang kecil, namun pembicaranya adalah orang yang patut diperhitungkan. Siapa? Ustadz Syakir Jamaludin. Tahu kan? Beliau adalah dosen di UMY, juga penulis buku Sholat Sesuai Tuntunan Nabi SAW, buku yang sudah sangat populer di kalangan Muhammadiyah. Ustadz Syakir biasa disebut sebagai Ustadz Sholat. Pasalnya dimana-mana beliau selalu menyampaikan materi tentang sholat.
Malam ini Ustadz Syakir baru menyampaikan muqoddimah “Kenapa harus ibadah?”.
Allah Ta’ala berfirman:
“Maka apakah kamu mengira, bahwa sesungguhnya Kami menciptakan kamu secara main-main (saja), dan bahwa kamu tidak akan dikembalikan kepada Kami?” (QS. Al-Mukminun : 115)
Ya, Seluruh makhluk yang ada di alam semesta ini dicipta dan dipelihara oleh Allah (inilah tauhid Rububiyah). Seluruh makhluk yang ada di alam semesta ini dimiliki dan dikuasai secara mutlak oleh Allah, (inilah tauhid Mulkiyah).“Kepunyaan Allah-lah segala yang ada di langit dan di bumi; dan kepada Allahlah dikembalikan segala urusan.” (QS. Ali Imran : 109)
Karena semua milik Allah, mala semua dikuasai oleh Allah. Sehingga suka atau tidak suka, pasti manusia akan dikembalikan kepada Allah.
“Maka apakah mereka mencari agama yang lain dari agama Allah, padahal kepada-Nya-lah menyerahkan diri segala apa yang di langit dan di bumi, baik dengan suka maupun terpaksa dan hanya kepada Allahlah mereka dikembalikan.” (QS. Ali Imran : 83)
Bagaimanapun juga manusia pasti kembali kepada Allah. Koruptor, maling, perampok, mungkin bisa lari dari kejaran polisi maupun KPK. Tapi apakah ia bisa lari dari Allah? Tidak.
Kecenderungan mansuia untuk berbuat maksiat merupakan manifesto dari kecenderungannya untuk lari dari Allah. Ya, hatinya menolak untuk kembali kepada Allah. Padahal, bagaimanapun juga ia tidak bisa lari dari Allah. Manusia pasti kembali kepada Allah, Dhou’an wa karhan, suka atau tidak suka. Ibaratnya adalah seorang ibu yang mengejar anaknya yang masih kecil di rumah yang terkunci. Si anak tidak akan mampu melarikan diri karena bagaimanapun juga ia tidak akan bisa membuka pintu apalagi mendobraknya untuk bisa kelaur dari rumah.
Jika pengembalian kita kepada Allah adalah suatu keniscayaan, tidak demikian dengan pertemuan dengan Allah, atau melihat-Nya secara langsung. Tidak semua hamba bisa bertemu dengan Allah. Karena bertemu dengan-Nya adalah sebuah rahmat yang tak ternilai harganya yang diberikan kepada hamba-hamba-Nya yang tertentu.
Tauhid ‘Ubudiyah
“Dan kepunyaan Allah-lah apa yang ghaib di langit dan di bumi dan kepada-Nya-lah dikembalikan urusan-urusan semuanya, maka sembahlah Dia, dan bertawakkallah kepada-Nya. Dan sekali-kali Tuhanmu tidak lalai dari apa yang kamu kerjakan.” (QS. Huud:123)
Inilah salah satu ayat yang menunjukkan tauhid ‘ubudiyah atau bisa disebut tauhid uluhiyah. Demikian juga dalam ayat berikut:
“Katakanlah: sesungguhnya sembahyangku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam.” (QS. Al-An’am:162)
Inilah tujuan penciptaan manusia.
“Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.” (QS. Adz-Dzariyat:56)
Jadi, kenapa kita harus ibadah? Karena kita adalah hamba yang yakin bahwa kita dicipta, dipeliharan, dimiliki, dan dikembalikan kepada Allah. Maka tidak ada yang berhak disembah kecuali Allah. Tidak ada yang berhak diibadahi kecuali Dia. Dan kepada-Nya lah kita akan dikembalikan.
Teringat sebuah petikan syair yang berisi pertanyaan seorang laki-laki kepada sahabatnya yang baru saja menunaikan haji dari tanah suci.
Aku bertanya kepada sahabatku, “Tidakkah engkau menyadari (ketika engkau melaksanakkan salah satu rukun haji), bahwa sesungguhnya kita hidup ini untuk menuju kepada-Nya.?”
Tetapi jawabnya: Tidak..!
Kita dikembalikan kepada Allah itu pasti. Tapi pertemuan dengan-Nya tidaklah semua orang mendapatkan-Nya. Ya Allah, pertemukanlah kami dengan Engkau di akhirat nanti... Amien.
-Ain NurWS-

Post a Comment