Senin, 09 April 2012
Tulisan ini terinspirasi dari cerita salah satu dari ustadz muda kami yang mengampu mata kuliah di Pendidikan Ulama Tarjih Muhammadiyah (PUTM). Mata kuliah yang menarik dan padat dengan tugas. Hampir setiap kali pertemuan sang ustadz selalu memberi kami tugas. Bagus sih, tapi kadang kami saja yang belum siap menjadi orang sibuk sehingga masih sering terdengar keluhan mengambang. Sebut saja ustadz kami itu Ustadz Fulan.
Saya ingin mengawali tulisan ini dengan sebuah statemen “Ternyata bukan hanya perawatan tubuh yang harus natural. Perjalanan menuju pernikahan juga mestinya natural.”

Ustadz Fulan usianya kurang lebih 26 tahun. Pendidikan S1 diselesaikan di Universitas Al-Azhar Kairo, Mesir, sedangkan S2-nya sudah diselesaikan di UGM. Beliau bertutur bahwa selama ini belum terpikir untuk menikah. Beliau masih ingin kuliah S3, baru setelah itu menikah. Tiba-tiba saja, kurang lebih sebulan lebih beberapa hari yang lalu, beliau ditawari sebuah biodata seorang akhwat dari seorang mediatornya yang merupakan ustadz yang dihormatinya. Ustadz Fulan awalnya menolak untuk mempelajari biodata tersebut, tapi akhirnya dengan desakan ustadznya, ustadz Fulan mau membaca biodata tersebut.

Ustadz Fulan kemudian berdoa dan berdoa agar diberikan petunjuk apakah akhwat itu wanita yang memang jodohnya. Setelah beberapa hari berdoa dan setelah berkonsultasi dengan beberapa orang dekat beliau memutuskan untuk menuju proses selanjutnya; ta’aruf. Sebelum pada tahap ini Ustadz Fulan sudah menjatuhkan pilihan untuk menjadikan akhwat tersebut menjadi calon istrinya. Ustadz Fulan bertemu dengan calon istrinya untuk pertama kalinya adalah pada saat ta’aruf itu. Setelah ta’aruf, seminggu kemudian ustadz Fulan menemui kedua orang tua sang akhwat. Ternyata mereka cocok dan orang tua akhwat segera menentukan waktu pernikahan. Sebuah proses yang cukup cepat dan tanpa dibuat-buat.

Akhirnya, undangan pernikahan ustadz kami itu sudah disebar. Insyaallah ustadz kami akan melangsungkan akad nikah pada tanggal 29 April 2012 ini, di rumah mempelai wanita. Kami ikut bahagia mendengar semua ini.

Ustadz Fulan mengingatkan kepada kami, bahwa keputusan beliau yang dianggapnya sebagai keputusan terbesar dalam hidupnya itu terjadi karena kekuatan doa. Beliau tidak henti-hentinya berdoa sejak beberapa tahun yang lalu, jauh sebelum beliau bertemu dengan calon istrinya ini. Keputusan yang besar itu juga dibuat dengan instuisi. Beliau selalu memohon petunjuk agar keputusan yang diambil adalah keputusan yang tepat. Sejak dulu beliau berdoa agar mendapat jodoh istri yang shalihah. Berdoa adalah kunci. Jangan meremehkan doa. Sejak sekarang berdoalah agar diberi jodoh yang baik.

Yang terpenting bukanlah lamanya proses kedua insan berkenalan, tapi kekuatan doa dan instuisi yang baik. Proses kenalan yang terlalu lama, yang mengharuskan kenal satu sama lain lebih jauh, itu hanya akan membuat fikiran terganggu dan bahkan menjerumuskan pada hal-hal yang tidak benar.

Yang terjadi pada kebanyakan orang saat ini adalah fenomena pacaran baik langsung maupun tidak langsung. Mereka menyebutnya sebagai ta’aruf. Jika dikatakan ta’aruf, mungkin ta’aruf yang terlalu lama. Akhirnya malah dibuat-buat. Tidak natural. Ta’aruf yang terlalu lama, sampai berbulan-bulan, bertahun-tahun, tidakkah justru menimbulkan madharat yang besar?

Ya Allah, penuturan Ustadz Fulan membuatku tertegun.

Ya Allah, lindungilah kami dari perbuatan yang mendurhakai-Mu. Tunjukilah kami selalu jalan-Mu yang lurus. Pertemukan kami dengan orang-orang yang selalu membawa hikmah dari-Mu, yang menambah keimanan dan ketakwaanku kepada-Mu. Amien...

Post a Comment