Minggu, 22 Juli 2012
Judul di atas adalah tantangan. Lebih tepatnya adalah
motivasi untuk kita calon da’i ataupun da’i beneran. Pada bulan Ramadhan ini
tentu jam terbang kita lebih tinggi daripada di bulan-bulan lainnya. Nah,
tulisan ini sedikit refleksi dari saya sebagai calon da’i yang masih sering
tertatih menyampaikan dakwah Islam dan mendakwahi diri sendiri. Boleh ditertawakan,
boleh dikritik, boleh tidak dihiraukan.
Sebelum serius, saya mau curhat sebentar. Sore tadi, ketika
saya hendak menunaikan shalat ashar di Masjid tercinta, masjid an-Nashir, saya
membaca jadwal penceramah kultum shubuh, takjilan, dan tarawih. Hari
Ahad, 22
Juli 2012 ini yang akan mengisi ceramah takjilan yang akan dilaksanakan kurang
lebih dua jam setelah shalat ashar tadi, adalah Ustadz Fahmi Muqoddas.
Selesai
membaca jadwal penceramah tersebut, pandangan saya tertuju keluar masjid dan
ternyata di luar masjid ada sesosok yang sudah tidak asing lagi bagi saya; Bu
Sa’adah, istri Ustadz Fahmi. Firasat isengku muncul; wah, mungkinkah Bu Sa’adah
membawa berita bahwa saya akan menggantikan ustadz Fahmi ceramah sore ini? Tapi
firasat itu segera saya tepis karena kenyataannya Bu Sa’adah tidak berbicara
sepatah kata pun kepada saya. Beliau hanya shalat dan setelah shalat beliau
pulang. Tidak ada pesan. Alhamdulillah..
Ternyata, ketika saya sudah asyik menikmati suasana
pesantren kilat setelah ashar, ada sms masuk di ponsel. “Ain, sore ini saya
tidak bisa mengisi ceramah takjilan, tolong kamu menggantikan saya. Thanks.
FM”. Inisial FM adalah inisialnya Ustadz Fahmi Muqoddas. Wah... firasat iseng
yang tidak melenceng tadi. Ternyata saya benar-benar akan menggantikan
ceramahnya Ustadz Fahmi sore itu.
Tanpa ba-bi-bu, saya pamit ke remaja masjid untuk pulang.
Saya mempersiapkan materi ceramah. Pikiran saya hanya satu; akan menyampaikan
ceramah yang sudah beberapa kali saya dengar dari Ustadz Armen Halim Naro dalam
bentuk mp3. Tidak apalah. Karena ini bukan kultum. Ini ceramah yang cukup lama,
biasanya lebih dari 30 menit.
Bismillah saya harus bisa...
Masih ada waktu satu jam untuk mempersiapkan diri. Dengan
hikmat saya mendengarkan ceramah Ustadz Armen dan mengetiknya. Sebelumnya saya
sudah mencoba mengetik materi ceramah yang sedang saya simak tersebut, karena
memang saya sengaja untuk mempersiapkan barang kali suatu ketika disuruh ngisi
ceramah. So, saya tinggal melengkapi beberapa bagian yang missed saja. Tidak
menyangka bahwa aku akan menjadi santri Ustadz Armen meski tanpa tatap muka
secara langsung. Dan materi yang sedang saya simak adalah Kajian tentang
mengambil pelajaran dari bulan Ramadhan.
Ketika dipersilahkan untuk maju ke meja penceramah, saya
merasa gugup. Padahal ini bukan yang pertama kalinya. Dua tahun yang lalu dan
setahun yang lalu saya juga mengisi dalam acara takjilan di masjid an-Nashir
ini. Seingat saya dulu jama’ahnya baik laki-laki maupun perempuan, lebih padat,
sebelum ada perluasan masjid. Namun sekarang gugupku luar biasa. Keringat
keluar, seakan semua pandangan tertuju pada saya. Ah, biarin, daripada tidak
bisa memenuhi permintaan Ustadz Fahmi.
Saya jadi ingat pesan seorang teman: “Seorang da’i harus
punya cadangan materi ceramah minimal satu atau dua. Biar ketika disuruh
mengisi secara mendadak selalu siap.” Hmmm... sampai saat ini saya baru belajar
mempersiapkan. Belum bisa selalu siap. Tentu saja ada kemauan ke arah itu. Tapi
masih berusaha. Mudah-mudahan Allah memberi pertolongan kepada kita untuk
melaksanakan tugas dakwah ini. Amien...
Nah, yang serius-seriusnya bisa diakses disini:
By : Ain NurWS
Posting Komentar