Jum’at, 20 Juli 2012


Catatan MH yang kedua ini berisi Kultum yang telah disampaikan oleh Ustadz Masyhudi Suhad, tentang budaya yang mengiringi datangnya bulan Ramadhan.

Ada beberapa tradisi yang mengiringi datangnya bulan ramadhan. Kita bisa melihat di sekitar kita budaya ataupun tradisi yang berkembang di masyarakat ketika menyambut bulan ramadhan. Salah satunya adalah budaya Nyadran. Nyadran itu berasal dari kata “shadrun” yang artinya dada. Filosofi dari budaya Nyadran ini ialah menyambungkan hati dengan orang-orang yang sudah meninggal, menyambungkan hati dengan arwah para pendahulu, dengan cara mendoakan mereka. Misalnya kita punya orang tua yang sudah meninggal, maka ketika datang bulan ramadhan ini kita doakan mereka agar diampuni oleh Allah, agar mendapatkan tempat yang baik di sisi Allah, dan lain-lain.


Kenapa orang yang meninggal perlu kita doakan? Karena orang yang meninggal mempunyai dua kemungkinan; yakni mendapatkan tempat yang baik seperti sprindbed pengantin baru. atau mendapat tempat yang buruk seperti springbed yang di bawahnya ada api yang memanggangnya. Kita tidak tahu arwah orang tua kita dan saudara-saudara kita mendapatkan tempat yang baik ataukah yang buruk. Inilah perlunya kita mendoakan mereka yang sudah meninggal. Jadi budaya nyadran tidak ada hubungannya dengan materi.

Namun budaya nyadran ini sudah jauh dari makna asalnya. Budaya Nyadran saat ini hanya terbatas materi, tanpa makna. Ada yang melakukan nyadran dengan mengirimkan makanan ke kuburan, bahkan ada yang sambil Campur sari-an di kuburan. Fenomena ini sungguh menggelikan. Budaya nyadran yang asalnya adalah mendoakan arwah orang tua dan saudara kita yang sudah meninggal yang dengan begitu kita menyambungkan dada/hati kita dengan mereka, dipelintir sedemikian rupa menjadi budaya yang jauh dari nilai-nilai asalnya.

Ada juga budaya padusan. Yang kita lihat saat ini masyarakat berbondong-bondong ke Parangtritis untuk melakukan padusan, mandi di pantai untuk membersihkan diri. Katanya kalau tidak di parangtritis tidak afdhal. Kalau melakukan padusan di rumah belum afdhal. Akhirnya pariwisata parangtritis jadi laris. Tapi ini sungguh jauh dari sunnah yang diajarkan oleh Rasulullah. Beliau mengajarkan kepada kita, ketika Ramadhan datang, kita hendaknya membersihkan diri dari dengki dan dari kesalahan yang kita lakukan kepada orang lain. Oleh karena itu, yang sunnah itu ya kita mengirim sms (ini adalah salah satu contoh saja, jadi tidak harus lewat sms, tapi lewat telpon, fb, atau ketemu langsung juga bisa) kepada orang-orang yang kita kenal agar ketika masuk bulan ramadhan kita sudah bersih, tidak ada kesalahan pada diri kita yang kita lakukan kepada orang lain.

Nyadran maupun padusan adalah budaya, bukan merupakan sunnah yang dituntunkan oleh Rasulullah ketika menyambut Ramadhan. Nyadran dan padusan yang kita lihat saat ini sudah jauh dari makna asalnya. Semoga kita bisa mengambil manfaat dari kajian ini. Wallahu a’lam bishshowab.

Laporan: Ain NurWS

2 Komentar

  1. aku baru tau nih, ttg nyandran dan padusan, jadi nambah wawasan setelah baca blog ini, Ramadhan memang bulan istimewa yang semestinya kita sambut dengan suka cita, tapi memang jangan sampai berlebihan-lebihan.

    BalasHapus
  2. Yupz.. mari menyambut dan menghidupkan ramadhan dengan iman dan ilmu..

    BalasHapus

Posting Komentar