Selasa, 24 Juli 2012




Sebuah pertanyaan dilontarkan oleh Ustadz Masyhudi Suhad kepada para jama’ah pengajian pada sore itu. “Bapak-bapak dan ibu-ibu sekalian, mengapa orang yang berpuasa harus sabar?”.


Ada yang menjawab, “Kalau nggak sabar nanti nggak jadi puasa.”, kira-kira begitu jawaban dari salah seorang jama’ah.

Ustadz Suhad menyahut dengan senyum. Kemudian melanjutkan, “Bapak-bapak dan ibu-ibu sekalian, orang berpuasa harus sabar karena maghrib pasti datang. Maghrib tidak akan kemana-mana.”
Para jama’ah geger dengan tawa mereka masing-masing mendengar jawaban tersebut.
Ya, maghrib pasti akan datang. Begitu juga dengan penyelesaian masalah kita, pasti akan datang. Tidak ada masalah yang tidak ada penyelesaiannya. Hanya saja kita harus sabar menghadapi permasalahan kita.

Orang yang berpuasa harus sabar, berapa pun lamanya berpuasa. Di London misalnya, puasa terjadi selama 18 jam, karena memang di London masa siangnya lebih panjang daripada malamnya. Di London masa siangnya lebih panjang daripada masa siang di Indonesia. Kalau di Indonesia mungkin sekitar 14 jam umat muslim berpuasa dalam sehari. Beda 4 jam dengan di London yang masa puasanya adalah 18 jam dalam sehari. Orang London tidak bisa menyamakan waktu puasa mereka dengan di Indonesia. Karena di London jika 14 jam dari waktu sahur maka masih ashar, belum maghrib, jadi belum boleh berbuka puasa. Orang London harus sabar menunggu maghrib, meski sangat lama.

Jama’ah sekalian, setiap manusia itu memiliki yang namanya “musykilatul hayah”, problem kehidupan. Setiap orang harus menyadari bahwa masalah pasti datang silih berganti. Inilah yang disebut dengan roda kehidupan. Jadi, kehidupan kita ini terus berputar. Kadang kita di bawah, kadang kita di atas. Kadang saldo uang kita banyak, kadang menipis, nol, atau bahkan minus. Siapa orang yang tidak pernah minus? Tentu semua orang pernah mengalami minus, hutang. Itu artinya posisi kita sedang di bawah.
Bagaimana mengatasi masalah kehidupan?

Allah berfirman dalam QS. Al-Anfal[8]:45-47
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِذَا لَقِيتُمْ فِئَةً فَاثْبُتُوا وَاذْكُرُوا اللَّهَ كَثِيرًا لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ (45) وَأَطِيعُوا اللَّهَ وَرَسُولَهُ وَلَا تَنَازَعُوا فَتَفْشَلُوا وَتَذْهَبَ رِيحُكُمْ وَاصْبِرُوا إِنَّ اللَّهَ مَعَ الصَّابِرِينَ (46) وَلَا تَكُونُوا كَالَّذِينَ خَرَجُوا مِنْ دِيَارِهِمْ بَطَرًا وَرِئَاءَ النَّاسِ وَيَصُدُّونَ عَنْ سَبِيلِ اللَّهِ وَاللَّهُ بِمَا يَعْمَلُونَ مُحِيطٌ (47)
45.  Hai orang-orang yang beriman. apabila kamu menemui pasukan (musuh), Maka berteguh hatilah kamu dan sebutlah (nama) Allah sebanyak-banyaknya[3] agar kamu beruntung.
46.  Dan taatlah kepada Allah dan rasul-Nya dan janganlah kamu berbantah-bantahan, yang menyebabkan kamu menjadi gentar dan hilang kekuatanmu dan bersabarlah. Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.
47.  Dan janganlah kamu menjadi seperti orang-orang yang keluar dari kampungnya dengan rasa angkuh dan dengan maksud riya' kepada manusia serta menghalangi (orang) dari jalan Allah. dan (ilmu) Allah meliputi apa yang mereka kerjakan.

Firman Allah di atas didahului oleh kata يَا أَيُّهَا”. Ini menunjukkan pasti ada informasi yang penting yang harus diperhatikan oleh pembaca. Seperti ketika dipanggil “wahai fulan”, maka pasti ada sesuatu yang penting yang ingin disampaikan oleh orang yang memanggil.

Makna “لَقِيتُمْ” adalah menemui, berjumpa, baik secara sengaja maupun tidak.

Maka kata Allah, apabila kalian menemui musuh—yang dalam kehidupan sehari-hari kita adalah masalah—maka berpegang teguhlah, ber-itsbat-lah kepada Allah. Maksudnya berpegang teguhlah pada ajaran Allah. Maka jika ada masalah, yang pertama kali disebut adalah Allah. Yang pertama kali harus dilakukan adalah beristighfar kepada Allah. “Astaghfirullah.”

Jika ada masalah kita harus ingat dosa. Karena masalah yang datang tidak lain adalah untuk menghapus dosa kita. Rasulullah bersabda:
مَا مِنْ مُصِيبَةٍ تُصِيبُ الْمُسْلِمَ إِلَّا كَفَّرَ اللَّهُ بِهَا عَنْهُ حَتَّى الشَّوْكَةِ يُشَاكُهَا
“Tidaklah musibah menimpa seorang muslim kecuali dengan musibah itu Allah akan menghapus dosanya, sampai (musibah yang berbentuk) duri yang menusuknya.” (HR. al-Bukhari dan Muslim, lafadz al-Bukhari)

Masalah ada karena dosa. Masalah datang untuk menghapus dosa. Logikanya, jika ingin dosanya hilang maka harus ada masalah. Kalau ada masalah, kita harus berpegang teguh pada ajaran Allah, harus ingat Allah, banyak-banyaklah beristighfar kepada Allah. “Astaghfirullah robbal baraaya, astaghfirullah minal khathaayaa..”.

Ada dosa, ada problema. Ada problem, pasti banyak dosa...

Yang kedua—dalam ayat di atas disebutkan—bahwa yang harus kita lakukan jika ada masalah adalah dzikrullah, ingat kepada Allah. Dengan mengingat Allah hati menjadi tentram. QS. Ar-Ra’du[13]:28:
...أَلَا بِذِكْرِ اللَّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ
“...Ingatlah, Hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram.”
Rasulullah bersabda:
كَلِمَتَانِ خَفِيفَتَانِ عَلَى اللِّسَانِ ثَقِيلَتَانِ فِي الْمِيزَانِ حَبِيبَتَانِ إِلَى الرَّحْمَنِ سُبْحَانَ اللَّهِ وَبِحَمْدِهِ سُبْحَانَ اللَّهِ الْعَظِيمِ
“Dua kalimat yang ringan diucapkan namun berat dalam timbangan, disukai oleh Yang Maha Rahman ialah Subhaanallahi wa bihamdihi, subhaanallahil ‘adziim.” (HR. al-Bukhari dan Muslim).

Penulis: Ain Nurwindasari



[1] Ceramah ini disampaikan oleh Ustadz Masyhudi Suhad pada pengajian menjelang takjilan hari selasa, 24 Juli 2012 yang lalu. Bertempat di Masjid an-Nashir Soregenen, Nitikan, Umbulharjo, Yogyakarta.

[2] Catatan Muballigh Hijrah
[3] maksudnya ialah: memperbanyak zikir dan doa.

Post a Comment