Kamis, 22 Agustus 2013
Kemarin. Di siang yang cukup membuatku ngantuk, aku
merebahkan badanku di kasur empuk. Waktu itu aku lihat jam menunjuk 13:53 WIB.
Aku mengaktifkan alarm menunjuk pukul 14:30 WIB. Beberapa saat kemudian aku
sudah menemui dunia yang disebut mimpi. Dalam sekejap, aku mendengar suara ibu
memanggil-manggil aku. Ah, ibu mencariku. Tapi... Bukankah aku sedang ada di
suatu tempat yang jauh dari ibu? Aku kan sudah di Jogja sedangkan ibu sedang di
Gresik?
Tapi mataku tidak salah lihat. Aku benar-benar melihat
ruangan ini adalah kamarku di asrama. Kamar yang bercat krem dengan pintu
berwarna coklat. Ada baju yang tergantung di pintu. Ya, ini bukan kamarku.
(seakan-akan) ini bukan mimpi. Ini kenyataan. Tapi tidak mungkin. Ini tetaplah
tidak mungkin. Mana mungkin ibuku tiba-tiba ke Jogja tanpa memberiku kabar
terlebih dahulu.
Sejurus kemudian aku merasakan panas di kaki dan cubitan
kecil. Panas di kaki akibat tabokan sayang dari ibuku. Yah, ini tabokan khas
yang hanya bisa dilakukan oleh ibuku dan dirasakan oleh aku. Sekali lagi aku
lihat wajah ibu yang berusaha membangunkanku dengan senyum kesabarannya. Aduh,
ibu... mataku berat sekali. Aku baru beberapa menit memejamkannya. Tak tahukah
engkau bahwa aku sangat capek? Tapi ibu tetap bersi keras membangunkanku. Aku
ingin mengatakan sesuatu, menyahuti panggilan ibu, tapi pita suaraku benar-benar
tidak berdaya.
Sekuat tenaga aku membuka mata, menggerakkan tangan dan
badanku yang terasa kaku ini. Alhamdulillah, akhirnya aku sadar. Tapi, mana
ibu? Ibu tidak ada. Sesuai yang kuduga, ini hanya mimpi. Mimpi yang membuat
gelembung-gelembung rindu kecil, yang jika semakin direnungi akan menjadi
gunung rindu.
Sehabis shalat ashar aku menelpon ibu. Keinginan bercerita ‘dibangunkan
ibu dalam mimpi’ tidak sanggup ku bendung. Aku menceritakannya dengan sukacita.
Ibu menanggapi dengan santai. “Tadi ibu juga mimpi ke Jogja”. Ha? Benarkah? Jam
berapa? “Ibu tadi habis dhuhur ke rumah Yuk Ma.”
“Ngapain bu?”
Tanyaku.
“Ya Cuma jalan-jalan aja. Rasanya badan ibu lemas, pengen
menghirup udara segar.”
“Terus?”
“Habis itu ibu pulang, lalu tidur.”
“Jadi ibu mimpi ke Jogja sekitar jam dua juga?”
“Mungkin iya.”
Tawaku lepas.
Subhanallah.....