Tulisan ini saya tujukan pada diri saya, teman-teman saya dan orang-orang di sekitar saya. Terutama yang belum menikah, yang sudah lama menantikan jodohnya. Semoga ada hikmah yang bisa diambil dari coretan singkat berikut.
Orang-orang seusiaku sibuk membicaraka jodoh. Termasuk aku. Tapi
aku lebih sering menyimak daripada membahas. Aku sendiri masih belum mengerti
tentang konsep jodoh. Masih perlu banyak belajar tentang jodoh, pernikahan.
Seorang sahabat saya getol menyuruh saya nikah. Berbagai cara dia lakukan sebagai pak comblang. Tidak beda dengan kerabat saya yang ada di sekitar rumah, mulai dari nenek, bibi, hingga tetangga. Pertanyaan yang sama "Kapan nikah?".
Seorang sahabat saya getol menyuruh saya nikah. Berbagai cara dia lakukan sebagai pak comblang. Tidak beda dengan kerabat saya yang ada di sekitar rumah, mulai dari nenek, bibi, hingga tetangga. Pertanyaan yang sama "Kapan nikah?".
Seorang sahabat saya menceritakan tentang
pemuda yang menurutnya cukup ‘rewel’ atau ‘adil’ dalam memilih
pasangan. Beberapa gadis telah ditawarkan, mulai dari yang pinter sampai yang
cantik. Tapi belum ada yang menurutnya pas di hati. Ada gadis yang pinter,
lumayan cantik, tapi kurang pas menurutnya lalu tidak jadi dia pinang. Ada gadis
yang cantik, tapi kurang pinter lalu tidak jadi dia pinang. Itulah yang membuat
sahabat saya ini menyimpulkan bahwa pemuda ini terlalu rewel.
It is ok lah menjadi sebuah pendapat. Tapi kalau saya boleh
berpendapat, menurut saya,
permasalahannya bukan karena pemuda ini terlalu ‘adil’ atau ‘rewel’, tapi
mungkin belum jodohnya saja. Kalau menurut saya, jodoh itu ketika kita merasa ‘klik’
dengan seseorang. Nggak peduli orang itu ada dalam kriteria pasangan idaman
kita atau jauh dari harapan. Yang namanya cinta kadang membuat orang idealis
berubah 180 derajat. Yang asalnya menuliskan kriteria panjang lebar bisa lupa
apa yang sudah dituliskannya. Iya kan?
Apa itu ‘klik’?
Sederhananya adalah ‘pas’ dan punya feeling bahwa dia
jodohmu. Namun tidak semata-mata kamu suka dia dan ingin hidup bersamanya. Menurutku
bukan hanya itu. Aku hanya ingin share pengalaman (pengalaman tidak harus
mengalami sendiri, tapi bisa dari pengalaman orang lain). Beberapa orang
menikah tidak diawali dengan perasaan jatuh cinta. Tapi perasaan ‘klik’ itu
ada. Contoh, sebenarnya dia sudah punya pacar, bahkan sudah lama pacarannya. Mereka
saling sayang, saling berbagi, tapi ternyata jodohnya datang dan bukan
pasangannya. Dia ini dijodohkan oleh orang tuanya dengan laki-laki lain. Laki-laki
ini menurutnya emosional dan egois. Tapi agamanya bagus. Pendidikannya pun
agama dan sudah mapan bekerja. Tapi sifatnya itu jauh dari sifat pacarnya
selama ini. Tapi ketika dia tau bahwa orang tuanya menjodohkannya, dia merasa ‘klik’.
Laki-laki itu sudah berniat melamarnya dan segera menikahinya. Tidak pakai
pacaran. Dan mereka pun akhirnya menikah. Mereka pun bahagia. Ini nyata.
(mereka ada di sekitar saya, hehe)
Ada lagi orang yang tidak kenal sama sekali dengan calonnya.
Tapi ketika calonnya ini sudah berniat melamar dan dia merasa cocok meski
laki-laki ini bukan termasuk kriteria yang dia idamkan. Hanya dia merasa klik
dan orang tua merestui. Mereka akhirnya menikah dan hidup bahagia.
Seorang temanku juga bercerita bahwa dia sudah berusaha
mencari jodohnya. Beberapa kali dia mendekati gadis muslimah, tapi ternyata
belum jodoh, mereka belum klik. Namun pandangan masyarakat seakan teman saya
ini santai-santai saja, tidak berusaha. Padahal mereka tidak tahu jatuh
bangunnya teman saya ini mencari cinta sejatinya. Dan teman saya menyebutnya “proses”.
Cinta itu proses.
Orang-orang dekat saya juga sering menasihati agar saya
segera menikah. Karir harusnya tidak mengalahkan keinginan untuk nikah. Tapi,
tahukah mereka bahwa sebenarnya permasalahannya bukan di karir atau saya
terlalu ribet mencari pasangan. Hanya saja, belum ada klik. Misal, saya suka
dia, tapi dia tidak suka saya (teori payungnya Dhira), atau dia suka saya tapi
saya nggak suka dia. Atau kami sama-sama suka, tapi belum kuasa untuk
melangsungkan pernikahan. Itu namanya belum klik.
Tidak asal klik
Jangan asal klik. Dalam perkara besar Islam mengajarkan kita
shalat istikharah. Rasulullah mengajarkan kepada kita bahwa apabila kita ingin
memutuskan suatu perkara kita disunnahkan untuk shalat dua rakaat
(istikharah/minta petunjuk). Nah kalau sudah shalat istikharah kemudian merasa
pas dengan orang yang sudah siap melamar dan menikahi, itulah yang saya maksud
dengan klik. Jadi tidak asal klik, dan jangan salah klik, karena bisa berabe...
hehehe.
Lalu jika ada orang yang sudah siap menikah dengan kita, dan
kita juga sudah siap menikah, bukan serta merta itu klik juga. Misalnya,
agamanya ternyata berbeda dengan kita. Seklik apapun rasa hati kita, kalau beda
agama itu bukanlah klik yang saya maksud. Klik yang saya maksud ini sudah
tercakup kita sudah melihat agamanya sama dengan kita dan berperilaku baik. Kalau
dia seagama, tapi suka mabuk-mabukan, atau judi, atau main wanita... Eits,
jangan terburu-buru meng-klik. pastikan yang akan di klik itu sudah tepat ya.
Dan, tulisan saya ini sama sekali bukan melarang orang
menjodoh-jodohkan alias menjadi mak dan pak comblang. Saya justru salut dengan
mereka yang punya kepedulian, bukan asal usil menanyakan status orang. Hanya saja,
dari tulisan ini saya ingin agar kita tidak mudah menghakimi orang yang belum
menikah. Mungkin mereka belum bertemu dengan jodohnya. Mungkin justru mereka
masih mempertahankan keimanan dan kehormatannya. Laki-laki dan perempuan
memiliki hak memilih pasangannya. Agama pun memberi kelonggaran untuk memilih
dan dipilih dengan mempertimbangkan nilai-nilai agama Islam.
Btw, itu hanya pendapat saya. Sedangkan saya ini masih jauh
dari pengalaman. Semoga menginspirasi J
Sekian.
By: Ain Nurwindasari
Gresik, 16 Februari 2015
Di meja kantorku
Waaa...ustadzah. Tapi kayaknya ustadzah udah klik cuma belum tau waktune kapan. Haha
BalasHapusBerarti belum paham... baca lagi bagian "jangan asal klik"
Hapustafsir "klik" diuraikan begitu panjang, ...
BalasHapusJodoh itu sudah tertulis di kitab lauhul mahfudz,mau agama nya beda,suku nya beda,ras nya beda,semua serba beda dapetnya ya itu.Disebut jodoh krn belahan jiwa.kl jodoh psti seagama namanya bukan jodoh dr Allah swt.Itu namanya menjodoh-jodohkan..ada chemistry,klik,ikatan batin,bs saling memahami masing2 calon pasangan krn jodoh dr Allah swt biasanya Allah sendiri yg membolak-balikan hati masing2 calon pasangan untuk meyakinkan dia jodoh kita.Jodoh itu ghaib/suratan takdir.Sekali lg jgn lah sok jdi Allah/Tuhan...jgn sok tau.gk ada itu kata2 "itu seagama psti jodohku itu"itu namanya menjodohkan
BalasHapusPosting Komentar