Assalamu'alaikum wr wb
Sahabat MWJ, kali ini saya ingin membagikan hasil PENGAJIAN RAMADHAN yang diadakan oleh Mugeb School tahun 2020 ini.

Pengajian ini bersifat daring(online), melalui zoom yang tersambung dengan live streaming youtube.

Materi WAJAH DUNIA ISLAM PASCA COVID-19 ini disampaikanOleh: Pradaya Boy ZTF  dengan Moderator: Ustadz M. Taufik, M.Pd.I.

Berikut adalah isi pengajiannya, tanpa saya edit (maklum lumayan sibuk sebagai pengajar di mugeb school, hehe)


Langsung saja ya.. saya tulis langsung apa yang beliau sampaikan. (dan mungkin juga ada sedikit atau banyak yang saya luput mengetiknya karena kurang cepatnya tangan ini berselancar di atas papan ketik)


Temanya sangat prediktif dan analitis.

وَتِلْكَ الْأَيَّامُ نُدَاوِلُهَا بَيْنَ النَّاسِ

Yufal Noah Harari mengatakan: "Storm will pass, Humankind will survive, We will inhibit a different world"


Kita beralih dari keadaan normal kepada keadaan normal yang baru.

Pak pradana
"Saya sering berusaha mengungkap hal-hal positif, dan berusaha menghindari hal-hal/berita negatif"

Salah satu hal yang negatif adalah tentang teori konspirasi. 

Teori konspirasi tidak bisa dibuktikan karena tidak by data.

Banyak orang yang ketika ditanya "apakah corona ini alamiah atau tidak?" semua menjawab tidak tahu. Karena memang susah ditebak. Amerika menuduh China, sedangkan China menuduh Amerika.

Maka dari itu jika ini dikaitkan dengan konspirasi agak sulit dihubungkan. Karena jika konspirasi untuk menyerang Islam, buktinya semua kena, tidak hanya Islam.

"Saya lebih tertarik untuk menghubungkan dengan 4 makna"
1. Makna teologis
2. Hubungan agama dan ilmu pengetahuan
3. Fungsi kekhalifahan manusia
4. Tantangan sekularisasi kehidupan

Pertama, secara teologis.
Tidak ada yang diciptakan Allah secara sia-sia.
Sekali lagi, jika kita melakukan pendekatan negatif ya akan negatif, tapi kalau kita cari pendekatan secara positif, juga akan ketemu hal positifnya.

Ayat yang paling dekat terkait pandemi ini adalah Q.S. Al-Baqarah:26
 إِنَّ اللَّهَ لَا يَسْتَحْيِي أَنْ يَضْرِبَ مَثَلًا مَا بَعُوضَةً فَمَا فَوْقَهَا
"Sesungguhnya Allah tidak malu menjadikan nyamuk sebagai perumpamaan, atau makhluk yang lebih kecil daripada nyamuk"

Jadi, salah satu makna teologisnya adalah kita menyadari bahwa tidak ada makhluk yang Allah ciptakan yang sia-sia. Meskipun nyamuk keliahtan, sedangkan corona tidak kelihatan.

Allah menciptakan dunia ini bukan main-main.

Misalnya nyamuk, meskipun sekilas nyamuk merugikan bagi manusia, tapi nyamuk ini melahirkan fakta2 ilmiah.

Sebenarnya kalau kita berfikir positif tentang corona ini akan mendorong kita meningkatkan penelitian-penelitian.

Jika kita bayangkan, misalnya suatu saat ternyata yang menemukan serum antivirus corona adalah dari ilmuwan Muslim, ini kan akan menjadi sejarah hebat.

Kedua, Saya ingin menghubungkan Hubungan antara agama dan ilmu pengetahuan

"Bagaimana menjalani kehidupan bergama? bagaimana menjalani kehidupan politik dan sosial? " maka sebaiknya kita mengikuti pemegang otoritas ilmu pengetahuan dan pemegang otoritas keagamaan.

Corona ini isu pengetahuan. Karena yang berbicara tentang corona adalah para ilmuwan. Pertama-tama saya akan mengikuti pemegang otoritas ilmu pengetahuan. Misal "corona menyebar lewat droplet, salah satu penyebaran lewat kerumunan" Maka sikap saya adalah jika para pemegang otoritas keagamaan mengeluarkan fatwa dengan merujuk kepada ahli ilmu pengetahuan, maka tidak ada alasan untuk tidak mengikuti. Misal Muhammadiyah mengeluarkan surat edaran terkait tata cara beribadah pada masa pandemi ini maka Muhammadiyah telah menjalankan fungsinya sebagai pemegang otoritas keagamaan dengan berpegang pada apa yang dikeluarkan oleh pemegang otoritas ilmu pengetahuan.

Agama/tauhid itu bersifat proaktif. Misal kalau kita meyakini bahwa Allah yang menciptakan segala-galanya, itu bukan berarti kita tidak bisa melakukan apa-apa. 

Muhammad Abduh: akal adalah dasar agama. misal tentang pembatasan masjid. Dengan membatasi masjid bukan berarti menjadikan corona di atas Tuhan, tapi justru karena takut kepada Tuhan atas dasar (menyelamatkan) kemanusiaan.

Ketiga: corona berkaitan dengan fungsi kekhalifahan manusia

Corona ini telah menghadirkan satu situasi, yaitu keseimbangan. Dengan adanya lockdown, isolasi, dan serentetan hal yang terjadi karena corona, bumi menemukan keseimbangannya kembali. Polusi berkurang, kebisingan berkurang, alam menjadi lebih baik.

Sama dengan manusia, kita saja kalau tidak ada puasa, tidak ada jeda dalam hidup. Begitu pula corona, ini sebagai jeda. Mungkin alam semesta memerlukan itu. Kalau kita manusia dalam setahun ada sebulan puasa. Maka alam semesta mungkin tidak cukup sebulan 'puasanya' :)

Bagaimana keseimbangan itu terjadi? Pesawat banyak yang tidak terbang, minyak harganya sangat rendah. Misal minyak 25 USD per barrel, sementara sebelumnya 140 per barrel.

Kita ambil positifnya saja :)

Poin terakhir: Tantangan sekularisasi kehidupan
"Corona dan Tuhan"

Richard Wingmans: I am personally an atheist, but if #45 would die as a result of this virus, I might reconsider" (Washington Times, 31 Maret 2020): intinya, kalau Donal Trump meninggal gara-gara corona, dia akan menjadi orang beriman (bukan ateis).

Musaazi Namiti:tidak ada orang yang bisa menjawab "satu benda yang diciptakan Tuhan yang manusia tidak bisa melakukannya"

Taslima Nasrina: menyimpulkan bahwa ibadah tidak ada fungsinya.

maka "Bagaimana wajah dunia Islam pasca covid-19"? adalah tergantung pada
- bagaimana kita memakna corona secara theologis
- bagaimana kita memaknai etika ilmiah corona
- kita ditantang untuk memperbarui dan menjaga dunia dengan melakukan revitalisasi fungsi kekhalifahan manusia
- tantangan sekularisasi bagi umat manusia

Tanya Jawab:
Ustadz Kinan
"Salah satu yang muncul dari corona adalah tantangan sekularisasi, Bagaimana cara kita membentengi diri kita agar iman kita justru meningkat dan tidak malah turun jika suatu saat muncul virus lagi"
Jawab: Agama itu lagi-lagi tentang keseimbangan. maksudnya seimbang antara hati dan akal. memang perdebatan antara hati dan akal itu luar biasa. Pada akhirnya muncul, bahwa antara hati dan akal tidak perlu dipertentangkan.
Di dalam Islam ada ta'abbudi dan ta'akkuli. Ta'abbudi: bersifat peribadatan, tidak bisa dirasionalisasi. Ta'akkuli:bisa dirasionalisasikan.

Ustadz Ahmad
"Banyak yang mati karena corona, apakah ini sebagai pertanda dari Allah bahwa Allah menakhlukkan Roma tidak dengan cara kekerasan"
Jawab: Kita tidak meragukan hadis tentang penaklukan Roma. Tapi yang perlu kita perhatikan adalah sikap kita terhadap Hadis itu terkadang berlebihan.
Sekarang yang penting adalah apakah Roma yang dimaksud adalah Roma yang dulu atau Roma yang sekarang? Roma yang dulu memang terkenal tidak terkalahkan. Roma dan Persia. Tapi kalau Roma yang sekarang, saya kita Roma memang sudah terkalahkan dengan peradaban Islam. Roma yang sekarang itu tidak ada apa-apanya.
Peradaban Roma juga sudah runtuh, peradaban Romawi sudah terlampaui oleh peradaban Islam.


Penulis:
Ain Nurwindasari, MIRKH.
Gresik, 14 Mei 2020.

Post a Comment